Jumat, 10 Agustus 2012

(Mencoba) bersyukur

Kita tidak pernah merasa sesuatu itu berharga, hingga kita kehilangan.


Mungkin kata-kata diatas sudah tidak asing di telinga kita semua. Ya, kita memang terkadang tidak menghargai apa yang dititipkan Allah kepada kita, hingga Allah mengambil itu semua. Di mata kita, semua biasa saja. Rumah yang nyaman, uang yang cukup, makanan yang enak, teman yang banyak, hingga kebutuhan yang selalu terpenuhi seakan tak ada yang istimewa, karena mungkin kita telah terbiasa mendapatkan itu semua selama bertahun-tahun lamanya.

Padahal, sebenarnya bagi kita yang masih sekolah atau kuliah dan belum mendapatkan penghasilan sendiri, itu semua hanyalah faktor keberuntungan. Beruntung lahir di keluarga berkecukupan. Beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi. Beruntung bisa menggunakan gadget terbaru. Beruntung bisa mendapatkan kasih sayang keluarga. Dan deretan beruntung beruntung lainnya.

Ketika kita dilahirkan, kita tentu tidak bisa memilih akan menjadi bagian dari keluarga siapa. Tapi Allah baik, menempatkan kita pada keluarga baik-baik, keluarga berkecukupan, keluarga yang mencintai segala kekurangan kita, dan keluarga yang selalu memenuhi semua kebutuhan kita. Ingat, semua hanyalah keberuntungan. Beruntung menjadi anak dari orang tua yang telah sukses secara materi,sehingga kita menjadi elemen paling utama untuk menikmatinya.

Saya, layaknya kita semua juga tidak menyadari bahwa Allah telah memberikan kehidupan yang luar biasa kepada saya. Saya selalu mengeluh. Mengeluh dengan tugas kuliah yang banyak, mengeluh pada orang tua yang sibuk, bahkan saya sering mengeluh jika baju saya yang disetrika oleh pembantu di rumah tidak rapi. Saya merasa tidak beruntung hidup jauh dari orang tua. Saya sering marah jika AC kamar kurang dingin, atau jika apapun yang saya butuhkan tidak ada. Saya bahkan sering iri kepada adik saya sendiri, yang terkadang mendapat perhatian berlebih dari orang tua. Hingga satu hari itu mengubah segalanya. Mengubah cara pandang saya tentang kehidupan, dan membuat saya merasa bahwa saya adalah makhluk Allah yang paling tidak tau terima kasih.

Saat itu sedang libur kuliah, maka pulanglah saya ke Jakarta. Sehari-hari di Jakarta hanya saya habiskan untuk bersantai dan bertemu teman-teman lama. Uang tidak pernah saya pikirkan, karena orang tua pasti akan ngasih yang saya minta. Hari itu, saya tidak ada janji untuk bertemu siapapun. Maka sayapun menyempatkan diri ke salon di dekat rumah. Sambil perawatan, si mbak salon cerita panjang lebar dan terjadilah obrolan menarik, meski kami berdua baru kenal.

Singkat cerita, mbak salon itu dulunya anak orang tajir melintir. Ayahnya kerja di salah satu perusahaan swasta yang jika saya sebutkan namanya, semua orang pasti tahu perusahaan itu. Saat kuliah, si mbak ini kuliah di Universitas negeri ternama di daerah Semarang. Karena ternyata si mbak salon ini bukan hanya cantik dan kaya, namun juga pintar. Namun, saat si mbak ini masuk semester 6 papanya dipecat  entah dengan alasan apa, dan berhutang ratusan juta ke rentenir. Maka dalam hitungan minggu, semua kekayaan mereka habis, Rumah, mobil, motor, dan seluruh investasi mereka ditarik rentenir. Maka jatuh miskinlah mereka.

Mereka kemudian mengontrak rumah kecil dengan harga Rp 400.000,00 sebulan. Sang ayah langsung terkena stroke dan meninggal. Si mbak salon terpaksa berhenti kuliah dan kini bekerja di salon, sementara ia harus mengobati sang ibu yang juga mulai sakit-sakitan.
"Bayangkan mbak, sekarang kami tinggal di rumah yang kecil, kumuh, kemana-mana harus jalan kaki karena nggak ada kendaraan. Jangankan buat jalan-jalan keluar negeri seperti dulu, sekarang buat makanpun susah mbak. Belum lagi beli obat buat ibu. Keluarga yang tadinya baik semua sekarang menjauh, Teman-teman saya juga jadi pada kayak nggak kenal ke saya" cerita mbak salon.

"Dulu saya juga nggak pernah merasa beruntung mbak memiliki itu semua. Bagi saya semua biasa-biasa aja. Saya dulu kekampus pake mobil Jazz mbak, sekarang kemana-mana aja jalan kaki biar hemat ongkos. Makanya mbak, selagi mbak masih banyak rezeki banyak-banyaklah bersyukur." lanjutnya

Hati saya terenyuh, Saya tidak bisa membayangkan jika saya bernasib seperti itu. Jika saya harus berhenti kuliah karena orang tua saya tak lagi bisa membiayai. Jika saya harus kehilangan barang-barang yang saya sayangi. Jika saya harus kehilangan keluarga dan teman-teman. Maka mulai hari itu, saya sadar semuanya adalah milik Allah. Saya tau saya juga bukan orang yang religius dan berhak menasehati siapapun yang membaca tulisan ini. Tapi saya hanya ingin mengajak kalian untuk bersyukur. Bersyukur bisa hidup, bernafas, mengenyam pendidikan, diberikan organ tubuh lengkap, memiliki keluarga dengan sejuta cintanya, dan masiiiiiihhhh banyak lagi nikmat lainnya.

Maka dari itu mulailah bersyukur dari sekarang, karena Allah akan menambah nikmat bagi umatnya yang selalu bersyukur. Selamat malam :)