I miss you. I miss us. I miss having you to talk to whenever I want. But I know I have to move on, because it's pointless....
Move on. Kata Nisa sih, "Yaelah Dev, move on lah. Dia tuh nggak worth it kali buat lo." Kalo kata bokap gue, "Fokus ngejar cita-cita dulu sampai ke bulan, baru main cinta-cintaan." Oke, itu emang agak lebay diucapka ke perempuan berusia 19 tahun seperti saya, Dan berbagai kata-kata motivasi move on yang saya terima dari berbagai pihak. Bukan hal mudah bagi saya, anda, atau siapapun untuk berpindah hati. Berpindah hati tentu bukan tentang deklarasi, atau sekedar mengakui bahwa dia yang tadinya menjadi faktor paling penting sudah tak lagi menjadi penting.
Move on berarti melupakan semua tawa yang pernah ada. Menghentikan tangis dan rasa sedih yang dulu sering saya rasakan. Memastikan saya bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Menghilangkan satu nama dalam hidup saya. Memaksa otak saya bekerja lebih, agar tidak (lagi-lagi) kalah oleh hati saya. Dan yang paling parah, saya harus siap memendam semuanya sendiri, tanpa partner yang asyik diajak berbagi.
Tentu bukan hal yang gampang hidup tanpa orang yang selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Ke tempat ini, inget dulu sama dia. Makan ini, inget kalo itu makanan favorit dia. Lebaynya lagi, megang hp inget dulu sering berhubungan sama dia. Tapi cinta itu butuh logika untuk memuluskan jalannya ke depan. Perasaan emang nggak bisa dikendalikan, tapi sikap selalu bisa dikendalikan. Jangan gila, karena cinta yang sesungguhnya bukanlah Romeo & Juliet yang mati bersama, tapi kakek dan nenek kita yang bisa berjuang hingga akhirnya tumbuh dan tua bersama. Let's move on! Mpre we do our best, we'll shine and HE WILL REGRET. Selamat mengejar kebahagiaan!