Rabu, 28 Mei 2014

JBR02 (Started from the Bottom)

Sejujurnya, saya sebenarnya sudah sedikit move on dari KKN. Tapi belakangan, tim KKN saya, JBR02 punya banyak agenda seperti wisuda, syukuran wisuda, syukuran pendadaran, jogging bareng, sampai berencana bikin project film pendek kita selama KKN. Setiap kumpul lagi sama temen-temen KKN, memori di lokasi KKN kembali terkuak. KKN kami telah berlalu hampir setahun, tapi saya yakin, saya dan semua anggota JBR02 masih mengingat detail tentang KKN. Beberapa waktu yang lalu, adik tingkat saya curcol, "Mbak Dedev, susah banget ya jadi tim pengusul KKN. Gue capek banget mba". Saya hanya tersenyum simpul, tapi dalam hati saya berbisik, "Setelah KKN, pandanganmu tentang hidup akan berubah. Kamu akan menemukan keluarga baru, entah itu rekan KKNmu, atau warga di tempat KKNmu. Kamu akan lebih jernih memandang hidup, ketulusan, dan indahnya berbagi".

Ingatan saya melambung pada Mei tahun lalu. Saat itu, sudah setengah tahun saya dan teman-teman tim pengusul JBR02 bekerja luar biasa keras dalam survey lokasi, perencanaan program, hingga pencarian dana dan mitra kerja. Dosen Pembimbing Lapangan kami sudah mempresentasikan proposal kami ke LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat). Alhamdulillah, proposal kami di ACC. Memenuhi syarat dari LPPM untuk menjalin mitra dan surat rekomendasi dari pihak terkait, kami juga sudah mengantongi surat rekomendasi dari Komisi Nasional Pendidikan. Tepat sekali menurut saya, karena program kami juga tentang pendidikan. 

Pagi itu, di kantin saya tak sengaja bertemu Mas Rizal, dosen pembimbing lapangan kami. Mas Rizal ternyata habis dari LPPM. Beliau kemudian menyerahkan selembar kertas. Isinya adalah daftar nama mahasiswa yang memilih dan ingin bergabung bersama tim kami. Jumlahnya fantastis, mencapai 35 orang. Akibatnya, Mas Rizal harus mencoret lima nama, mengingat satu tim maksimal berjumlah 30 orang. Sejujurnya, saya sedikit lega. Beberapa waktu lalu saya dan teman-teman tim pengusul sempat becanda, "Eeeh gimana ya kalo tim kita ga ada yang milih?" dan kemudian disambar celetukan, "Yaudah kita kkn aja ber7 hahahahaha".

Saya sedikit lupa dengan nama-nama yang dicoret Mas Rizal. Yang saya ingat, kelima nama itu berasal dari jurusan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan program kami. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan tim tersebut untuk secepatnya mendengarkan pengarahan, mengingat waktu yang tersisa hanya dua bulan. Sebagai humas, mulailah Evint bergerilya di facebook untuk menghubungi masing-masing dari mereka. Ditetapkanlah Egois cafe sebagai tempat pertemuan pertama kami. Saya ingat betul, saat itu hanya satu orang yang absen datang karena sakit.

Sebagai kormanit (kordinator mahasiswa unit), mulailah saya membeberkan program dan menjelaskan lokasi. Sebelumnya, kami mengisi sesi pertemuan dengan perkenalan. Setelah menjelaskan program, sesi tanya jawab cukup membuat saya kewalahan. Tapi wajar menurut saya, mengingat KKN ini akan berlangsung dua bulan, para anggota tentu penasaran akan tempat pengabdian mereka. Rapat kemudian selesai. Sebelum rapat kedua, tim pengusul membagi menjadi tiga sub unit. Teman-teman menyerahkan kewenangan pembagian pada saya. Akhirnya, kami membagi sama rata, dari jumlah laki-laki, jumlah tim pengusul, dan keberagaman jurusan. Harapannya, semua bisa saling mengisi dan melengkapi.

Minggu-minggu selanjutnya JBR02 disibukkan pada gerilya rapat. Setiap Rabu dan Jumat kami mengadakan rapat rutin. Setiap rapat, saya melihat wajah-wajah lelah. Beberapa nampak tidak peduli pada pembicaraan. Beberapa nampak bersemangat memberikan ide. Beberapa nampak tak tertarik pada pembahasan. Sedikit kesal awalnya, tapi dalam hati saya selalu menyemangati diri saya. Saya selalu mengingat kata-kata ayah saya, "anggota itu bagaimana ketuanya". Saya kemudian semakin bersemangat untuk berusaha mencairkan suasana saat rapat, menghilangkan gap antara tim pengusul dan anggota, menghilangkan gap kluster, sub unit, dan lain-lain. Saya berusaha meyakinkan, bahwa kita adalah potongan puzzle, yang harus lengkap agar bermakna. Saya kemudian memilih untuk selalu mengambil jalur voting, agar para anggota yakin bahwa "nasib" kita ke depan akan ditentukan oleh kita sendiri, bukan hanya saya sebagai kormanit ataupun keenam tim pengusul lainnya.

Adaptasi tentu akan memberikan hasil. Hari demi hari, minggu demi minggu, suasana rapat mulai mencair. Tekanan saya mulai berkurang. Saya mulai bisa menikmati memimpin rapat dengan santai, tapi tetap berbobot. Saya juga berusaha datang ke rapat-rapat sub unit dan klaster, agar saya bisa mendiskusikan program-program teman-teman. Canda tawa mulai terbangun. Suasana mulai hangat. Kami mulai saling mengenal satu sama lain. Senang rasanya melihat kemajuan JBR02. Para penanggung jawab program dengan semangat menyusun modul. Rapat per program pun mulai bisa berjalan. Lega rasanya melihat kemajuan JBR02 yang jauh dari prediksi saya saat kita pertama kali bertemu.

Waktu terus berlalu, dan KKN tinggal seminggu. Saya semakin tertekan fisik dan mental. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya terserang maag akut sampai nggak bisa bangun dari duduk. Akibat hampir dua hari nggak nafsu makan. Saat itu, cuma semangat untuk KKN yang menguatkan dan akhirnya saya sembuh berkat obat maag dari Nisa. Hampir setiap malam saya nggak bisa tidur memikirkan persiapan KKN, baik persiapan unit maupun perlengkapan pribadi. Hari-hari saya disibukkan berkoordinasi dengan kormasit, kormater, dan berbelanja alat-alat keperluan KKN. Kamar saya penuh dengan kardus yang berisi barang-barang untuk program di lokasi.

Dan, tibalah waktunya keberangkatan kami. Tanggal 1 Juli 2013. Tempat yang kami pilih adalah Grha Sabha Pramana, dan waktu berkumpul adalah pukul 18.30. Motor-motor kami sudah dikirim ke lokasi KKN sejak dua hari yang lalu. Berhubung perlengkapan kami sangat banyak, selain menyewa bus Sargede untuk mengantarkan kami ke lokasi KKN, kami juga menyewa pick-up yang digunakan untuk menjemput barang kami dari rumah ke GSP. Pick-up yang dikendarai Gilang dan Guntur mulai berkeliling sejak jam 12 siang, menjemput ke satu per satu rumah/kosan kami. Sialnya, saat sore hari hujan sangat deras. Jadilah mereka harus meneduh dulu. Belum habis kesialan, tiba-tiba ban pecah. Pergantian ban pick-up memakan waktu tak sebentar. Dari sore hingga habis maghrib. Padahal jam 18.30 kami dijadwalkan berangkat.

Selepas maghrib, ban selesai diperbaiki. Tibalah giliran pick-up menjemput barang ke kosan saya. Setelah mengangkut banyak barang dari kosan saya, tiba-tiba saya dikejutkan oleh tragedi pick-up nabrak mobil di depan kosan saya. Perdebatan alot antara kami dan pemilik Avanza. Saya sampai memanggil Bu RT untuk membantu bernegosiasi. Akhirnya kesepakatannya adalah kami harus mengganti rugi sebanyak Rp 500.000. Setelah itu, pick up kembali berkeliling menjemput barang. Kami baru benar-benar berkumpul dan siap berangkat pada pukul 22.30. Supir bus ngedumel karena ngaretnya terlalu lama. Saya membatin, "Ya Allah, semoga ini bukan pertanda kegagalan KKN kami. Walaupun di awal banyak kendala, semoga saat KKN hingga KKN berakhir semuanya baik-baik saja"

Bus Sargede membelah jalur selatan Pulau Jawa. Anak-anak mulai tertidur, tampak kelelahan. Alunan musik di bus yang tadinya menggema, mulai dikecilkan, dan kemudian dimatikan. Itu adalah tidur pertama kami bersama-sama, tidur pertama JBR02, lengkap dengan dosen pembimbing yang dengan baik hati mengantarkan kami ke lokasi.

(To be continued)

Sabtu, 24 Mei 2014

Setelah Kau Tiada

Mbah Putri...
Setelah kau tiada, aku tak lagi seperti dulu
Setelah kau tiada, kehidupan berubah 180 derajat.
Setelah kau tiada, semua nampaknya tak bisa berkompromi padaku.

Nenek...
Engkau satu-satunya pelipur lara.
Engkau satu-satunya pembelaku.
Engkau satu-satunya penyemangatku.
Engkau satu-satunya orang yang seumur hidup tidak pernah membohongiku.
Engkau satu-satunya contoh terbaik dalam hidupku.
Engkau satu-satunya yang aku mau. Sekarang.

Eyang Putri...
Sungguh, tidak ada yang bisa lebih menyayangiku daripada engkau.
Sungguh, tidak ada yang pernah bisa memelukku sehangat engkau.
Sungguh, tidak ada yang paling bisa mengajarkan aku arti hidup selain engkau.
Sungguh, tidak ada yang paling bisa memberikan senyuman sehangat engkau.

Hampir satu tahun kepergianmu.
Hampir satu tahun aku mengharapmu datang ke mimpiku.
Hampir satu tahun aku membayangkan kau kembali disini, bersamaku.
Hampir satu tahun aku lupa arti kejujuran, cinta, dan perjuangan.
Hampir satu tahun aku tak lagi memiliki tempat berkeluh kesah.

Mbah Uti...
Seharusnya kau mengajakku pergi bersamamu.
Seperti yang biasa kita lakukan dulu.
Seharusnya kau menggandengku menghadap Tuhan.
Seharusnya kau ajak aku menyusul mbah kakung.
Seharusnya kau tetap disini, menemani semua dukaku.
Seperti yang kau lakukan padaku sejak aku lahir.

Mbah...
Allah sudah sampaikan doaku?
Allah sudah sampaikan rinduku?
Allah sudah sampaikan tanda cintaku?
Allah sudah mewakilkanku memelukmu?

Mbah...
Makam itu sungguh gelap, sungguh dingin.
Mbah uti tidak kuat udara dingin, kan?
Sini mbah, tidur bersamaku.
Di gumpalan tanah itu, apa wajah cantikmu masih memancarkan cahaya?

Mbah uti...
Aku hampir lupa arti kejujuran yang kau tanamkan sejak dulu, karena aku hidup diantara orang yang suka berbohong.
Aku hampir lupa arti mencintai yang kau tanamkan sejak dulu, karena sejak kehilanganmu, aku tak lagi menemukan orang yang benar-benar mencintaiku.
Aku hampir lupa arti ketulusan yang kau tanamkan sejak dulu, karena aku tak menemukan orang yang layak kuberikan ketulusanku.
Aku hampir lupa arti kelembutan yang kau tanamkan sejak dulu, karena dunia begitu keras kepadaku Mbah. Dunia tak membolehkan aku berkompromi.

Tapi sungguh Mbah..
Aku tidak akan melupakan engkau.
Engkau yang hanya akan tertidur jika aku sudah pulang.
Engkau yang setia duduk di dekat telepon, menanti telepon dariku berdering.
Engkau yang selalu menggunakan jas hujan, memacu kaki lemahmu berjalan menjemputku dari sekolah.
Engkau yang selalu menyelipkan banyak uang ke tasku, karena engkau selalu merasa aku butuh.
Engkau yang berusaha terjaga mendengarkan semua ceritaku, meski mata tuamu terlihat mengantuk.
Engkau yang seumur hidupmu mengajarkan arti kejujuran, cinta, ketulusan, dan pengorbanan.

Mbah..
Sungguh, tidak ada orang yang mampu menggantikanmu.
Dan tidak akan pernah ada orang yang bisa membuatku bahagia, seperti engkau selalu membahagiakanku.