Mbah Putri...
Setelah kau tiada, aku tak lagi seperti dulu
Setelah kau tiada, kehidupan berubah 180 derajat.
Setelah kau tiada, semua nampaknya tak bisa berkompromi padaku.
Nenek...
Engkau satu-satunya pelipur lara.
Engkau satu-satunya pembelaku.
Engkau satu-satunya penyemangatku.
Engkau satu-satunya orang yang seumur hidup tidak pernah membohongiku.
Engkau satu-satunya contoh terbaik dalam hidupku.
Engkau satu-satunya yang aku mau. Sekarang.
Eyang Putri...
Sungguh, tidak ada yang bisa lebih menyayangiku daripada engkau.
Sungguh, tidak ada yang pernah bisa memelukku sehangat engkau.
Sungguh, tidak ada yang paling bisa mengajarkan aku arti hidup selain engkau.
Sungguh, tidak ada yang paling bisa memberikan senyuman sehangat engkau.
Hampir satu tahun kepergianmu.
Hampir satu tahun aku mengharapmu datang ke mimpiku.
Hampir satu tahun aku membayangkan kau kembali disini, bersamaku.
Hampir satu tahun aku lupa arti kejujuran, cinta, dan perjuangan.
Hampir satu tahun aku tak lagi memiliki tempat berkeluh kesah.
Mbah Uti...
Seharusnya kau mengajakku pergi bersamamu.
Seperti yang biasa kita lakukan dulu.
Seharusnya kau menggandengku menghadap Tuhan.
Seharusnya kau ajak aku menyusul mbah kakung.
Seharusnya kau tetap disini, menemani semua dukaku.
Seperti yang kau lakukan padaku sejak aku lahir.
Mbah...
Allah sudah sampaikan doaku?
Allah sudah sampaikan rinduku?
Allah sudah sampaikan tanda cintaku?
Allah sudah mewakilkanku memelukmu?
Mbah...
Makam itu sungguh gelap, sungguh dingin.
Mbah uti tidak kuat udara dingin, kan?
Sini mbah, tidur bersamaku.
Di gumpalan tanah itu, apa wajah cantikmu masih memancarkan cahaya?
Mbah uti...
Aku hampir lupa arti kejujuran yang kau tanamkan sejak dulu, karena aku hidup diantara orang yang suka berbohong.
Aku hampir lupa arti mencintai yang kau tanamkan sejak dulu, karena sejak kehilanganmu, aku tak lagi menemukan orang yang benar-benar mencintaiku.
Aku hampir lupa arti ketulusan yang kau tanamkan sejak dulu, karena aku tak menemukan orang yang layak kuberikan ketulusanku.
Aku hampir lupa arti kelembutan yang kau tanamkan sejak dulu, karena dunia begitu keras kepadaku Mbah. Dunia tak membolehkan aku berkompromi.
Tapi sungguh Mbah..
Aku tidak akan melupakan engkau.
Engkau yang hanya akan tertidur jika aku sudah pulang.
Engkau yang setia duduk di dekat telepon, menanti telepon dariku berdering.
Engkau yang selalu menggunakan jas hujan, memacu kaki lemahmu berjalan menjemputku dari sekolah.
Engkau yang selalu menyelipkan banyak uang ke tasku, karena engkau selalu merasa aku butuh.
Engkau yang berusaha terjaga mendengarkan semua ceritaku, meski mata tuamu terlihat mengantuk.
Engkau yang seumur hidupmu mengajarkan arti kejujuran, cinta, ketulusan, dan pengorbanan.
Mbah..
Sungguh, tidak ada orang yang mampu menggantikanmu.
Dan tidak akan pernah ada orang yang bisa membuatku bahagia, seperti engkau selalu membahagiakanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar