Selasa, 11 Desember 2012

YIHAAAA!


YIHAAAAAAAA..
Sebentar lagi masuk semester 6!
Semester tua, tahun ketiga, dan sebentar lagi jadi angkatan tua.
Amazing.
Nggak nyangka, lebih dari setengah jalan and I still alive.

Gambar di atas adalah KRS (Kartu Rencana Study) saya di semester 6. Alhamdulillah, kalau lancar dan nilai mencukupi, itu akan menjadi semester terakhir. Sisanya dihabiskan untuk KKN dan skripsi. And all I wish is lot of luck for my the end of college time ;)

Kamis, 06 Desember 2012

F*cker Hacker

Tugas semester lima sudah mulai menggila. Maka, beberapa malam lalu saya dan teman-teman berkumpul di sebuah cafe di kawasan Selokan Mataram untuk membahas tugas Riset Pemasaran & Periklanan. Seperti biasa, kami mengambil tempat duduk di lantai dua karena biasanya lantai 1 terlalu ramai. Di lantai 2 itu, hanya ada saya dan teman-teman, serta satu orang cowok yang asyik dengan laptopnya. Satu per satu teman dari cowok tersebut datang. Jadi, imbanglah jumlah kami. Tujuh berbanding tujuh.

Tidak lama kemudian, datanglah pelayan mengantarkan paket nasi nusantara yang berisi nasi, sayur asem, tahu, tempe dan sambal. Tapi ternyata itu bukan pesanan kami. Itu pesanan mas-mas di depan kami. Kami lalu memberikan nasi nusantara itu. Semua terjadi begitu saja. You do yours, I'll do mine. FYI, dari 7 orang itu ada 2 orang yang asyik dengan laptopnya. Kami juga begitu, hanya dua diantara kami yang membawa laptop. Laptop Atika digunakan untuk menginput data ke SPSS, sedangkan laptop Dhani dipakai Evint buat online Facebook.

Semua terjadi biasa saja. Kami bercanda dan tertawa dengan dunia kami sendiri. Segerombolan cowok itu juga. Sampai tiba-tiba Evint bilang, "Anjir, siapa nih yang bajak facebook gue?". Kita semua kaget. How comeee? Padahal daritadi, laptop Dhani cuma dipake Evint. Isi bajakannya, "pengen pipis nih". Diantara kami, memang suka bajak-membajak. Tapi biasanya yang dibajak itu bbm atau twitter, bukan facebook. Kita semua speechless. Saya meminta Evint mengingat-ingat, siapa tau dia pernah menggunakan public PC dan lupa log-out.

Beberapa detik kemudian, bajakan berubah menjadi, "Nyedot s**ha terus nih." Dari bajakan itu, fix kita semua yakin bahwa si pembajak ada di sekitar kita. Kita semua langsung sepakat bahwa pasti mereka adalah satu diantara cowok tersebut. Yang bikin heran, status yang di update "via mobile". Artinya, si hacker menggunakan hp nya untuk log-in ke facebook Evint. Canggih juga. Di tengah keheranan kita, si Nisa bilang, "Wallahualam vint siapa yang bajak FB lo." Beberapa detik kemudian, status facebook Evint ter-update, "wallahualam tau... he". Nggak lama, saya nyuruh Evint ganti password. Saya pikir, setelah berganti password si hacker nggak bisa lagi log-in. Tapi ternyata tetep bisa. Parahnya, dia mengirimkan message ke salah satu temen Evint yang isinya, "I miss you". Demi apapun, itu bisa dilaporkan sebagai tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.

Kita semakin yakin bahwa segerombolan cowok bego itu yang iseng. Nisa langsung to the point menanyakan ke mereka. Guess what they said? "Setan kali mbak yang bajak facebooknya". Helloooo, it's 2012 and you blame ghost for what you've done? Rawr you! Nggak lama, saya coba log-in pake account saya untuk coba ngecek facebook Evint. Facebook nya deactive. Kami lagi-lagi ramai. Selang beberapa menit, facebook kembali aktif. 

Just FYI, dari ketujuh cowok-cowok itu, satu diantara mereka asyik banget sama hp nya. Saya emosi, saya langsung manggil pelayan cafe tersebut. Pelayan cafe kemudian mempertemukan saya dengan teknisi. Setelah menempuh diskusi yang cukup alot, saya meminta si teknisi untuk meng-kick semua wifi. Si teknisi bertanya, "bluetoothnya nyala ngga mba? Soalnya dari bluetooth, hacker bisa mengambil data-data dari laptop yang juga tersambung ke wifi". Setelah di cek, benar ternyata bluetooth di laptop Dhani nyala. Kami segera mematikan bluetooth itu. Untuk sementara waktu, Evint juga men-deactive-kan facebooknya.

Waktu si teknisi naik ke atas, muka dari si mas-mas yang asyik mainan hp seperti berubah ketakutan. Ini membuat kami semakin yakin, dialah pelakunya. Karena waktu yang juga sudah malam, mas-mas bodoh itu pulang bersamaan. Sebelum pulang, salah satu diantara mereka (dia yang paling banyak bacot) bilang, "mari mbak", tapi diantara kami nggak ada yang jawab satupun. Begitu mereka di parkiran, kami teriak, "hati-hati diikutin setan facebook mas".

Malam itu, kami pulang dengan emosi yang masih memuncak, tapi juga mendapatkan pelajaran berharga bahwa ketika akan menggunakan wifi yang juga digunakan oleh PC/smartphone lain, terlebih dahulu kita harus memastikan bahwa PC atau smartphone kita tidak mengaktifkan bluetooth. Semoga kejadian ini hanya terjadi satu kali. Untuk para hacker yang memang memiliki kemampuan lebih di bidang IT juga seharusnya mempergunakan kemampuan sebagaimana mestinya. Bagi kebanyakan orang, facebook adalah diary mereka, yang teman terdekatpun tidak tau password nya apa. Jadi, jangan pernah bermain-main dengan itu, karena reaksi setiap orang berbeda dan akan menjadi bumerang bagi kalian sendiri.

Good night! ;)

Senin, 19 November 2012

(Bukan) Penggila Bola

Call it crazy or not, dulu saya adalah penggemar berat Persija & Timnas. Selain menjadi satu dari sekian juta wanita yang terpesona sama wibawa Bambang Pamungkas, saya juga empat tahun lalu benar-benar menjadi penggila bola. Tiap internetan, yang pertama kali saya buka websitenya Persija. Saya juga rutin ngumpulin foto pemain Persija & Timnas dari media cetak. Dan disadari atau enggak, ini semua yang membuat saya berada di jurusan ini.

Berawal dari saat saya duduk di bangku SMP, pacar saya itu penggemar bola liga Indonesia. Jadilah setiap kita ngedate, semua pembicaraan selalu tentang bola. Nggak jauh-jauh deh dari sundulannya Bambang Pamungkas, gocekannya Elie Aiboy, atau tendangannya Zainal Arief. Di rumah, (alm) kakek saya dari dulu emang penggemar bola. Waktu awal-awal nikah sama nenek saya, almarhum hobinya main bola, dan sepakbola sampai bikin kakinya sedikit tidak sama panjang antara kanan dan kiri. Di masa tuanya, tiap sore almarhum nonton bola. Saya sendiri nggak aware, dan nggak pernah peduli channel apa yang disetel, karena saya bukan penggila televisi.

Sampai saya putus dari pacar zaman SMP saya itu, saya masih belum suka nonton bola. Tapi tiap sore, saya denger almarhum kakek teriak-teriak "GOOOOLLL". Dan seperti ada keseruan sendiri. Akhirnya saya coba nimbrung. Pertama kali saya nimbrung alm nonton bola, adalah pertandingan Timnas vs Bahrain di Piala Asia 2007. Saat itu lini depan Indonesia diisi tiga trisula Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono, dan Elie Aiboy. Kipernya Jendry Pitoy, yang sesekali digantikan Markus Horison atau Ferry Rotinsulu.

Animo masyarakat saat itu sedang gila. Sampai-sampai kalo jalan-jalan di daerah Senayan, kita akan lihat baliho besar ketiga striker Indonesia yang digambarkan dengan ikon pewayangan. Saat Piala Asia bergulir, saya jadi suka bola. Setiap lagu Indonesia Raya dinyanyikan di lapangan, bulu kuduk jadi merinding sendiri. Meski Indonesia gagal melaju ke Semifinal, saya tetep suka sama bola. Selanjutnya saya beralih ke Persija, yang saat itu mengikuti Indonesia Super League. Idola saya? Tetep dooong Bambang Pamungkas :D

Saking gilanya saya sama bola, dan berhubung saat itu usia saya masih ababil, saya sampe sering bela-belain nonton latihan Persija. Pulang sekolah, saya buru-buru ke Ragunan, karena di MES dan lapangan daerah Ragunan itu Persija latihan setiap sore. Saya jelas nggak diizinkan sama orang tua, tapi saya selalu pergi diam-diam, dengan beragam alasan. Misalnya ada tambahan les, ada latihan drama, sampai alasan reunian SD. Dari sekolah saya yang ada di Jakarta Barat, ke Ragunan bisa menempuh waktu 1 jam naik Trans Jakarta. Pulangnya, ke daerah rumah saya di Kemayoran, bisa 2 jam perjalanan karena macet.

Saya ingat, waktu kelas 1 SMA, Timnas sedang Pelatnas di lapangan ABC Senayan. Saat itu, nilai Matematika dan Bahasa Inggris saya 9, jadilah saya minta ke ayah saya buat ngajak saya nonton Pelatnas. Buat saya, ditemenin ayah bunda nonton latihan Timnas itu kado teeerrrinddaahh. Saya duduk di tribun, saat itu saya inget, Isnan Ali lagi cedera. Dia duduk tepat di sebelah saya. Omaigaaaddd, rasanya kayak lagi di alam mimpi. Huahahahahhaha.

Setiap sore, terutama saat Persija tanding, saya dan kakek saya rajin nonton bola. Kami biasanya diskusi, kira-kira siapa pemain yang masuk dalam starting line up, serta diskusi tentang prediksi pertandingan. Lucunya, kalau pertandingan Persija vs Persib. Aroma persaingan terasa banget. Saya dukung Persija, dan ayah saya yang asli Sunda dukung Persib. Bahkan, kami sampai memaksa semua anggota keluarga yang ada di rumah buat milih. Yang dukung Persija nonton di TV lantai bawah, yang dukung Persib nonton di TV lantai atas. Lol! Nenek saya sampai ditegur tetangga. "Mbah uti, kalo mba Dev lagi nonton bola, suaranya kedengeran sampai ke rumah. Mba Dev suka bola ya mbah?" Beda lagi komentar pembantu saya. "Perempuan kok suka bola, malah nggak suka sinetron." Yeeee -_____-

Kelas 2 SMA adalah saat-saat saya dimana sukaaaaa banget sama bola. Saya sampai bikin kliping tentang Persija dan Timnas. Saat ayah saya nanya apa cita-cita saya, saya bilang saya mau jadi komentator dan pengamat sepakbola. Mungkin saat itu menurut ayah, itu jawaban terbodoh yang pernah dia dengar. Btw, saat mau masuk kuliah dan bingung mau jurusan apa, saya pilih komunikasi alasannya karena setau saya, di komunikasi akan dilatih berbicara yang baik di depan publik. Dan menurut saya, itu menjadi modal untuk jadi komentator bola. Hahahahaha!

Saat kakek saya meninggal dan saya melanjurkan study di Jogja, bisa dibilang saya udah nggak terlalu suka bola. Cuma mengamati sekilas aja. Selain sepakbola Indonesia sekarang semakin carut marut, saya juga rada trauma. Setiap nonton bola, bawaannya sedih karena inget almarhum kakek. Apapun itu, setidaknya sepakbola telah pernah ada di hati saya. Membuka jalan menuju cita-cita saya, dan mengajarkan banyak hal. Memberi saat kita memiliki, dan belajar menghargai kemenangan dan menerima kekalahan. Kalau ditanya cita-cita saya sekarang, ya jadi Public Relations dong! Huahahahaha.

Jumat, 16 November 2012

Ikhlas

"Jadi sampai sekarang, lo masih pengen punya wedding organizer?" tanyamu, ratusan malam yang lalu.

"Iyalah, itu kan cita-cita gue dari dulu. Gue selalu suka pernikahan, dimana ratusan orang berbahagia disitu. Lagian kalo gue punya wedding organizer kan, nanti kalo lo nikah bisa gue yang handle." Buatku itu pernyataan bodoh yang melesat gitu aja. Bukan salahnya larut malam yang membuat otak dan mataku terlalu lelah. Tidak, aku bahkan tidak pernah lelah berbincang denganmu meski mungkin di jam itu, sudah banyak orang yang berpindah ke alam mimpi. 'Kalo lo nikah bisa gue yang handle'. Apa ku bilang? Secara tersirat, aku seperti mengikhlaskan kamu menikah dengan orang lain, dan aku bahkan harus menjadi wedding organizer nya.

"Jangan ah, nanti kalo lo yang handle nikahan gue, lo racunin lagi makanannya, karena lo cemburu nikahnya ngga sama lo." Pernyataan yang sungguh kejam menurutku. Empat tahun lebih seharusnya waktu yang cukup bagimu untuk mengenalku dan paham betul bahwa aku bukanlah Mischa di sinetron cinta fitri. Jangankan meracuni makanan di hari paling membahagiakanmu, membuatmu putus dari wanita yang (katanya) kamu cintai sekalipun, tidak pernah ada dalam kamusku.

Itu percakapan ratusan malam yang lalu. Di menit kesekian juta di obrolan panjang kita di telefon. Mencoba berbicara apa yang mungkin tidak bisa kita bicarakan dengan yang lain. Agaknya lebih dari 500 km tidak cukup menghalangi apa yang coba kita bangun. Kita bukannya tidak lelah disaat mereka sedang terlelap, kita hanya berusaha mencari waktu dimana tidak ada satupun yang mendengar percakapan kita. Atau mungkin, kita mencuri waktu disaat wanitamu tidur terlelap setelah menerima ucapan selamat malam yang mesra dari kamu.

Aku hanya tidak tahu, atau kita berdua berpura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi. Menutupi kecanggungan dengan tawa. Di sela tawa, sesekali kamu meminta waktu sebentar dan terdengar sibuk mengetik pesan. Ya, aku mengerti kalau dia lebih menjadi prioritasmu. Bukannya aku bahkan tidak pernah menuntut apa-apa, status sekalipun? Hingga ketika semua obrolan tawa menjadi terdiam saat kamu banyak berkeluh kesah. Obrolan kemudian menjadi sunyi saat kamu melelang rasa rindu, dan dengan candaan mengasyikkan menyuruhku kembali ke Jakarta.

Dan pada akhirnya, kita tidak pernah tau kemana takdir akan membawa kita. Kata mereka, mungkin kita tidak digariskan menjadi satu. Apapun yang dirumuskan, mungkin pada akhirnya aku akan menjadi wedding organizer dan mengurus semua keperluan pernikahanmu. Mungkin itu akan menjadi pekerjaan paling mengasyikkan dan juga menyakitkan. Mungkin keluargaku dan keluargamu akan heran, dan memaki tingkah bodoh kita berdua. Mungkin aku yang akan men-design undangan cantik bertuliskan namamu dengannya. Tenang sayang, akan kupastikan semua makanan memiliki cita rasa tinggi dan bebas dari racun. Karena sampai detik ini, aku masih berdoa kamu mendapat kebahagiaan. Karena aku ikhlas, ikhlas melakukan apapun agar kamu bahagia dan tidak terbebani dengan hubungan yang tidak seharusnya. Aku ikhlas, sayang. Maka, pergilah dan temukan kebahagiaanmu. Kembalilah 10 tahun lagi, dengan konsep seperti apa pernikahan yang kamu dan dia inginkan, agar aku bisa merancangnya dengan sempurna :)

Surat Cinta Untuk Ayah.

Aku kecil suka sekali dengan weekend. Ketukan pintu di jumat malam, menandakan ayahku kembali dari kota kembang tempatnya bekerja. Dan aku benci hari minggu malam, dimana ia harus kembali ke kota kembang. Hingga menurutku, kebahagiaan terbesarku adalah ketika ia memutuskan tinggal dan bekerja bersama kami. Saat masih berseragam putih merah, aku suka sekali menunjukkan hasil prestasiku. Dan kemudian ayah akan bilang, "Wih, hebat anak ayah."

Ayahku mungkin sama dengan ayah-ayah lainnya di dunia ini. Berusaha mengatakan iya terhadap semua permintaanku, meski mungkin terkadang ia merasa tidak mampu. Memarahiku habis-habisan jika aku pulang setelah maghrib. Menggumam kesal saat aku tak juga bisa nyetir di tanjakan. Sesekali ia memaksaku menjadi dokter, insyinyur, bahkan astronot. Mimpi yang menurutku terlalu tinggi. Tapi itulah ayahku. Ia mengharapkan aku manjadi pribadi yang hebat, seperti ucapan ulang tahunnya saat aku berusia 18 tahun: "SELAMAT ULANG TAHUN ANAKKU SAYANG. HIDUPLAH DI DUNIA, TAKLUKKAN DUNIA, TAPI TAKLUKLAH PADA PENCIPTA DUNIA. MAKA KAMU AKAN MENJADI ORANG NOMER SATU DI DUNIA."

Sesekali, aku marah pada ayah. Mulai ada perasaan benci yang muncul saat kami tidak sepemikiran. Tidak bertegur dalam waktu yang lama. Merasa saling tidak membutuhkan satu sama lain. Gertakannya terkadang ku balas dengan bantingan keras pintu kamarku. Marahnya terkadang kubalas dengan tatapan penuh dendam. Bahkan ketika dia memulai pembicaraan, kuacuhkan dengan keasyikanku terhadap gadget.

Kami bukan pasangan ayah-anak yang harmonis. Kami juga tidak romantis, bahkan untuk sekedar sering ber-sms ketika jarak Jakarta-Jogja memisahkan kami. Tapi aku tidak pernah lupa, bagaimana wajah tegang ayah ketika menungguku tes wawancara UGM bersama ratusan orang tua lainnya. Aku juga tidak pernah lupa tangisan pertamanya ketika aku dinyatakan diterima di ugm. Tangisan pertama yang menandakan kebanggannya padaku. Masih teringat betul, saat untuk pertama kalinya ia melepasku tinggal sendiri, dibelikan semua barang-barang yang bahkan tidak aku butuhkan. Dia hanya excited, layaknya ayah-ayah lain di seluruh dunia.

Maka semua usahaku, semua kerja kerasku saat ini, semua peluhku, dan semua tantangan yang ada, akan ku jadikan motivasi. Motivasi untuk membuatnya menangis. Menangis bangga, melihat betapa tidak sia-sianya puluhan tahun ia berpeluh membesarkanku. Menunjukkan pada semua orang, dia adalah sosok tangguh yang berhasil, bukan hanya dari kariernya, tapi dari tanggung jawabnya menjaga titipan Tuhan. Hingga tiba saatnya nanti, ayah harus beristirahat. Beristirahat dan sesekali menungguku datang bersama keturunannya. Ayah, tak ada lagi kata-kata yang sanggup melukiskan semua cinta dan terima kasihku padamu. I Love You :)

Selasa, 06 November 2012

Perang Sendiri

Hidup bagiku sebuah kompetisi. Aku berkompetisi dengan kalian semua. Dengan musuhku, temanku, bahkan sahabatku. Hidup membentukku menjadi pribadi yang kompetitor. Hingga aku belum bisa mengerti, apa maksud hidup memaksaku berkompetisi dengan pacarmu. Hidup menempatkan aku dan pacarmu pada kompetisi tertutup. Memaksaku bertopeng, berpura-pura baik, bahkan dengan lugu mengucapkan selamat di anniversary kalian. Di akhir, aku tau ini adalah kompetisi paling bodoh yang pernah aku ikuti.

Entah bagaimana Allah menyusun skenario, entah bagaimana Allah menentukan akhir, aku tidak ingin tahu sekarang. Aku mencintaimu dengan sangat sederhana. Sesederhana bulan menggantikan matahari di kala ia lelah. Sesederhana bintang yang datang tanpa diminta bulan. Sesederhana awan yang memberikan kita hujan. Serta sesederhana seorang kakek renta mencintai istrinya yang tak kalah renta.

Layaknya prajurit bodoh, aku tetap memegang senapan satu-satunya milikku. Aku seolah bersiap menyongsong perang, tanpa menyadari keikhlasanku untuk kalah. Katanya, satu-satunya orang yang kalah dalam peperangan adalah mereka yang tidak ikut berperang. Tapi aku kalah dengan cara lain. Di depanmu, aku adalah gadis lugu yang bahkan tidak mengerti arti peperangan. Tapi diam-diam di belakangmu, aku sudah sibuk menyiapkan amunisi berperang, walau dalam hati kecilku, aku tau aku sudah kalah.

Life is unfair. Aku tau pacarmu tidak menyadari peperangan ini, apalagi menyiapkan deretan amunisi seperti apa yang aku lakukan. Tapi apa? Dia menang, dia mendapatkanmu dengan seluruh hatimu.Dia tertawa saat aku menangis. Dia bersantai saat aku sibuk menata alat perangku. Pada akhirnya, akulah manusia paling bodoh. Yang berperang tanpa lawan. Yang rela mempertaruhkan nyawa padahal aku tau aku kalah. Tapi, apa cinta mengenal kata bodoh?

Senin, 05 November 2012

Devil Friend

Patrick pernah bilang ke Sponge Bob: "Knowledge cannot replace friendship. I'd rather be an idiot than lose you"

Siapa yang bisa memungkiri kalau persahabatan itu indah? Siapa juga yang masih nggak percaya bahwa sahabat sejati itu ada? Atau masih ada yang mau sombong dengan bilang nggak butuh sahabat? Sahabat adalah keluarga kedua yang kita pilih sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tempat kita mengadu, cerita, berbagi, dan merasa dibutuhkan-membutuhkan. Buat saya, sahabat tingkatannya lebih tinggi dari temen, karena siapapun orang yang kita kenal bisa jadi temen, tapi nggak semuanya bisa jadi sahabat.

Seperti zaman SD, SMP, sampai SMA, di kuliahpun saya punya beberapa temen deket. Biasanya kita cerita macem-macem, makan bareng, nyalon bareng, sampai traveling lintas pulau bareng. Saya sendiri nggak menentukan banyak kriteria dalam mencari sahabat. Yang penting orangnya easy going, lucu, dan nggak ngebawa saya ke jalan yang nggak bener. Disini, saya akan menceritakan bagaimana persahabatan kita pernah diuji luar biasa. 

Sebut saja Icha & Tia, dua dari beberapa sahabat yang udah deket sama saya dari awal kuliah. Kita biasa makan bareng, nugas bareng, curhat bareng, dll. Walau deket, kita tetep punya batas privatisasi dan tata krama. Hubungan kita semua juga enjoy, tanpa saling mengikat satu sama lain. Jadi, siapapun bebas punya temen atau bahkan sahabat lain, selama dia merasa nyaman. Petaka muncul ketika tiba-tiba Olala (nama samaran) masuk menghancurkan semuanya.

Entah bagaimana caranya, hari itu Olala nginep di rumah Icha. Diantara kami semua, bisa dibilang Icha adalah orang yang paling tajir, dengan fasilitas rumah dan mobil dari orang tuanya. Malam itu, Olala nginep di rumah Icha dengan alasan tugasnya belum selesai dan dia nggak ngerti sama tugasnya. Yang mengherankan, sampai satu minggu kemudian, Olala masih di rumah Icha. Saya heran, karena sedekat-dekatnya saya dengan Icha & Tya, kami nggak pernah nginep sampai berhari-hari. Saat saya tanyakan ke Icha, dia jawab, "Iya Dev, kasian Olala. Katanya uangnya sisa 400.000 sampai akhir bulan. Makanya dia nginep di rumah gue."

Bagi saya, itu terdengar aneh, mengingat Olala terlihat dari keluarga berada dari fashion dan gadget nya. Apalagi, setau saya papa Olala dan papanya Icha berkerja di perusahaan BUMN Multi Nasional yang sama, hanya beda kota saja. Kalau memang Olala berasal dari keluarga tajir melintir, atau minimal berkecukupan, apa susahnya minta uang tambahan ke orang tuanya ketika uang bulanannya habis?

Saya mulai menaruh curiga. Hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi bulan sudah terlewati. Hubungan persahabatan saya dan Icha semakin jauh, karena Icha pulang pergi selalu sama Olala. Olala setiap hari nebeng di rumah Icha, ke kampus pakai mobil Icha, dan bajunya dicuciin sama pembantunya Icha. Setiap kali saya ngajak Icha makan setelah kuliah, dia selalu nggak bisa, karena Olala nggak mau. Karena mungkin saya kelihatan nggak suka Olala memanfaatkan Icha, Olala juga jadi benci ke saya. Kalau sesekali saya dan Icha jalan bareng, Icha selalu mengeluhkan bensinnya yang cepat habis karena mengantar Olala kesana kemari, selain itu juga stock makanan di rumahnya habis sebelum waktunya akibat eksperimen masakan Olala.

Saya semakin benci mendengarnya. Ditambah lagi, pacar Olala adalah gebetan Icha di masa lalu. Semakin hari, perlakuan Olala ke Icha nggak manusiawi. Tya, yang juga sahabat saya dan Icha berkali-kali berusaha menengahi pertengkaran saya dan Icha yang diakibatkan oleh adu domba Olala. Di depan saya, berkali-kali Olala secara blak-blakan tidak membolehkan Icha pergi bersama saya. Perlu diketahui, Olala ini adalah orang bermuka polos, kayak nggak tau apa-apa. Mukanya innocent, tapi sifatnya annoying. Belum lagi sifat sok tau (padahal salah) nya.

Time flies. Saya mulai merelakan kalau persahabatan saya dengan Icha dan Tya memang harus hancur. Sehari-hari saya habiskan bersama Icil, Dudul, Nurul, dan Lia. Sepi memang, ketika kita harus kehilangan bagian dari puzzle yang biasanya menyempurnakan hidup kita. Namun Allah memang baik dan selalu baik. Saya yang sudah bosan menasehati Icha hingga berkali-kali bertengkar, akhirnya ditunjukkan jalan oleh Allah. Perlahan-lahan, kedok dibalik wajah polos Olala ditunjukkan oleh Allah.

Layaknya Theory of Silence yang dipelajari di ilmu komunikasi, sedikit demi sedikit Icha dan Tya mulai menceritakan keburukan Olala kepada saya dan teman-teman yang lain. Sama sekali tidak ada rasa dendam di hati saya kepada mereka berdua, namun saya semakin dan semakin muak pada Olala. Saya ingat betul cerita Tya, bagaimana dengan seenaknya Olala mengganti channel radio di mobil Icha. Bagaimana Olala dengan seenaknya bersikap di rumah Icha seperti rumahnya sendiri. Dari mereka juga, saya bahkan tau bahwa Olala sering menjelek-jelekkan saya.

Di semester 4, saya, Icha, Tya, dan teman-teman mulai kembali dekat. Kebetulan, saat itu ada satu mata kuliah dimana saya, Icha, dan Tya satu kelompok. Saat itu giliran kami yang presentasi. Presentasi dijadwalkan hari Senin, pukul 09.00. Maka, minggu malam adalah deadline pengumpulan slide dan paper. Saat itu, Olala sedang pulang kampung. Kami berbaik hati mengemailkan materi ke Olala, jadi dia tinggal bikin slide dan papernya saja. Slide dikumpulkan ke Icil, deadlinenya minggu jam 8 malam.

Jam 10 malam, semua slide sudah terkumpul, kecuali punya Olala. Dia mengaku sudah berkali-kali meng-email ke Icil, padahal tidak ada apapun email dari Olala. Mungkin Olala memang harus banyak mencari tahu, bahwa email bukan kayak bbm yang sering pending. Jam 12 malam, Icil udah mulai marah2 karena udah ngantuk dan email dari Olala tak kunjung masuk. Saya akhirnya bbm Olala. Saya juga sengaja bilang di twitter kalau tugasnya harusnya di email dari 4 jam yang lalu.

Karena internet kos mati, saya dan Icha ke warnet, untuk cek email dari Olala. Jam 2 pagi, email dari dia masuk. Setelah saya lihat, paper dan slide nya sama persis dari materi yang tempo hari saya kasih. Bener-bener copy-paste. Ternyata kata Tya, Olala juga pernah meminta tugas Tya yang katanya cuma akan dijadikan contoh, tapi ternyata di copy 99%. Ogah berpikir panjang karena udah ngantuk, saya lalu bbm Olala untuk memastikan dia datang presentasi atau enggak, karena dia mengaku masih di kampung halaman. Dia jawab, "Besok gue dateng presentasi kok Dev, kan flight nya pagi." Bodohnya, saya percaya.

Senin pagi, sudah jam setengah 10 dan Olala belum datang. Saya terpaksa mempresentasikan materinya. Esoknya, begitu ketemu di kampus, dia sama sekali nggak minta maaf. Dia cerita ke Tya dan Icha, katanya kemaren ketinggalan pesawat. "Iya, waktu hari minggu malem gue ketinggalan pesawat. Jadi tuh gue udah boarding, eh pas banget pintu pesawatnya ditutup. Padahal gue udah buru-buru ke bandara."

Ada yang aneh dari cerita Olala. Pertama, saya tau dia tidak setajir itu untuk membiarkan tiket ratusan ribu penerbangan Balikpapan-Jogja melayang gitu aja. Kedua, agak terlalu bodoh kalau dia ketinggalan pesawat jam 8 malam, kalau ketinggalan pesawat paling pagi, masih wajar sih. Ketiga, setau saya, kalau memang pesawat mau take-off, passenger tidak lagi dibolehkan check-in, APALAGI BOARDING. Keempat, dia bilang dia beli tiket lagi untuk flight senin paling pagi, tapi kenapa jam setengah 10 belum ada di kampus? Padahal, saya juga langganan flight ter-pagi Jakarta-Jogja, dan biasanya sampai di Jogja paling lambat jam 07.00.

Deretan kebohongan tidak cerdas itu benar-benar bikin saya muak. Pasca kejadian itu, Icha dan Tya sudah tidak dekat dengan Olala, paling hanya bertegur sapa kalau nggak sengaja ketemu di kampus. Sementara itu, persahabatan kami semakin erat dan kompak. Kejadian bodoh lagi-lagi terjadi ketika UTS Semester 4. Di mata kuliah Advertising Media Planning, kami ditugaskan untuk membuat media plan. Semalaman kami begadang di Grissee untuk menghitung rating, biaya, dan tetek bengeknya. Tepat jam 6 pagi, tugas kami selesai. Deadline nya jam setengah 10. Kami kemudian nge-burn materi di warnet. Olala sms Tya, mau liat tugas PMI Tya. Tya yang sudah kapok di plagiat Olala, ngga bales sms Olala. Pagi itu, saat kami bermata panda semalaman nugas, saya yakin Olala baru bangun. Sebodoh-bodohnya mahasiswa, harusnya dia tau media plan tidak akan bisa dikerjakan dalam waktu 3 jam. Sungguh bodoh.

Puncak dimana Icha dan Tya marah pada Olala adalah di semester lima. Kami presentasi di salah satu mata kuliah, jam 7 pagi. Selesai presentasi, sedang ada sesi tanya jawab, Olala datang. Tanpa meminta maaf, dan tanpa rasa bersalah. Alasannya: KETIDURAN. Helloooooo, kita adalah mahasiswa semester lima. Nggak pantes beralasan nggak datang ke presentasi dengan alasan ketiduran. Sungguh nggak profesional. Saya langsung mendamprat via bbm. Keesokannya, Icha mendamprat langsung. Setelah kejadian itu, Olala jarang masuk kuliah, kalaupun nggak sengaja ketemu di kampus, sebisa mungkin dia menghindar. 

Sampai saat ini, hubungan persahabatan saya dan sahabat-sahabat lainnya semakin dekat. Di tulisan ini, kalau Olala baca, saya sungguh ingin berterima kasih sama Olala. Terima kasih telah menunjukkan kepada kami, seperti apa seharusnya seorang sahabat. Kehadiran kamu memang nggak pernah kami inginkan, namun kehadiran dan kejahatan kamu membuat kami menjadi pribadi yang semakin kuat, setia kawan, dan tidak mudah percaya pada tampang polos seseorang. Kamu memang tidak dewasa, tapi kejahatan kamu mendewasakan kami. Kamu memang tidak profesional, tapi ketidakprofesionalan kamu menjadikan kami semakin bertanggung jawab. Terima kasih Olala, karena kamu, kami menjadi semakin kompak dan saling mengisi. Karena hidup adalah seleksi alam, kamu seharusnya tau bagaimana bersikap agar tetap bisa survive.

Semua nama di tulisan ini disamarkan. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendeskriminasikan suatu pihak. Tulisan ini sesungguhnya pembelaan diri saya secara tertulis, karena banyaknya orang yang men-judge tanpa tau masalah yang sebenarnya. Saya juga ingin menyampaikan kepada semua pembaca, bahwa jangan pernah menilai orang dari tingkat kepolosan wajah.

In the end, I just wanna say:
Kita semua butuh sahabat, karena persahabatan itu sesungguhnya indah. Persahabatan pasti ditempa masalah, namun masalah seharusnya membuat kita semakin kuat. Sahabat sejati adalah mereka yang masih ada di sisi kita saat ini, meski tau apa kekurangan kita. For my beloved besties, you know that we miss each other when we are not together. Stay here to complete my life, stay here to make my whole day full of laugh, and stay here to make me sure that I'm stronger.

Minggu, 04 November 2012

Cause Life will be good!

I'm not able to write something here. I just make sure that friendship give me everything. Laugh, cries, funny, crazy, etc. I'm speechless. But thanks God for putting there in my life. Thank you :')





Thank you dear my beloved, for making my whole day full of laugh, for making my tears seems easier, for making me stronger than before. I believe, live without you is nothing :* ({})

Selasa, 30 Oktober 2012

Move On

I miss you. I miss us. I miss having you to talk to whenever I want. But I know I have to move on, because it's pointless....

Move on. Kata Nisa sih, "Yaelah Dev, move on lah. Dia tuh nggak worth it kali buat lo." Kalo kata bokap gue, "Fokus ngejar cita-cita dulu sampai ke bulan, baru main cinta-cintaan." Oke, itu emang agak lebay diucapka ke perempuan berusia 19 tahun seperti saya, Dan berbagai kata-kata motivasi move on yang saya terima dari berbagai pihak. Bukan hal mudah bagi saya, anda, atau siapapun untuk berpindah hati. Berpindah hati tentu bukan tentang deklarasi, atau sekedar mengakui bahwa dia yang tadinya menjadi faktor paling penting sudah tak lagi menjadi penting.

Move on berarti melupakan semua tawa yang pernah ada. Menghentikan tangis dan rasa sedih yang dulu sering saya rasakan. Memastikan saya bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Menghilangkan satu nama dalam hidup saya. Memaksa otak saya bekerja lebih, agar tidak (lagi-lagi) kalah oleh hati saya. Dan yang paling parah, saya harus siap memendam semuanya sendiri, tanpa partner yang asyik diajak berbagi.

Tentu bukan hal yang gampang hidup tanpa orang yang selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Ke tempat ini, inget dulu sama dia. Makan ini, inget kalo itu makanan favorit dia. Lebaynya lagi, megang hp inget dulu sering berhubungan sama dia. Tapi cinta itu butuh logika untuk memuluskan jalannya ke depan. Perasaan emang nggak bisa dikendalikan, tapi sikap selalu bisa dikendalikan. Jangan gila, karena cinta yang sesungguhnya bukanlah Romeo & Juliet yang mati bersama, tapi kakek dan nenek kita yang bisa berjuang hingga akhirnya tumbuh dan tua bersama. Let's move on! Mpre we do our best, we'll shine and HE WILL REGRET. Selamat mengejar kebahagiaan!

Senin, 29 Oktober 2012

Find your cheapest Japanese grill here.

Apa yang ada di benak kita tentang makanan jepang? Mahal? Mentah? Atau enak? Ya, zaman sekarang masakan Jepang memang sudah merajalela di Indonesia. Terutama di Jakarta, hampir semua mall memiliki lebih dari 3 restaurant Jepang. Ada yang berkonsep all you can eat, ada juga yang berkonsep memasak sendiri (grill). Selain dikenal dengan rasanya yang yummy, namun masalakan Jepang juga dikenal mahal. Inilah yang mendorong Ahmad Fauzan, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada mengubah mind set tersebut. 

Ochan, sapaan akrabnya, membawa masakan jepang dengan sistem grill ke pinggir jalan. Ya, pinggir jalan dan duduk lesehan. Harganya? Karena target pasarnya adalah mahasiswa, harganya juga sesuai dengan kocek mahasiswa. Tempat makan yang berdiri sejak Juli 2012 ini kini mulai dikenal di kalangan mahasisa, karena selain harganya yang murah, rasanya juga enak. Penasaran gimana rasanya? Langsung aja datang ke Jl. Kaliurang KM 9,3 (samping Game Nol Online) setiap hari habis magrib sampai jam 23.00. See ya there! :D :D 


Minggu, 23 September 2012

I love love it

Aku selalu suka menunda pekerjaan. Bagiku, pekerjaan yang kutunda akan jauh lebih baik hasilnya. Oke, ini teoriku. Silakan jika tidak setuju. Aku juga suka berdiam diri, menghabiskan sekitar 10 menit waktuku di kamar mandi, di bawah shower, tanpa melakukan apapun. Aku suka traveling. Aku suka mengumpulkan sepertiga uang bulananku untuk sekedar menikmati bawah laut Karimun Jawa, meresapi eksotisnya Bali, menantang adrenaline dengan body rafting di Green Canyon, atau merelakan tabunganku habis di Gili Trawangan yang terkenal mahalnya.

Aku suka makan. Ketika banyak orang menjadikan makan sebagai kebutuhan, bagiku makan adalah kesukaan. Berkeliling kota, mencari makan yang baru, dengan asumsi puas atau kecewa. Aku juga suka berbicara. Ini alasanku mengambil konsentrasi Public Relations di jurusan komunikasi. Karena suka berbicara, aku suka bercerita. Menceritakan banyak hal yang kualami, bagiku sebuah tantangan. Tantangan membuat lawan bicaraku mengerti apa yang aku bicaran. It's exactly not as easy as that.

Aku suka berusaha, kemudian membiarkan Allah bekerja memutuskan takdir untukku. Aku juga suka berdiam diri di kasurku, merenungkan entah apa yang ada di pikiranku. Terkadang aku suka keramaian, tapi terkadang aku suka kesunyian. Bagiku, keduanya harus disukai demi keseimbangan hidup. Aku suka orang humoris. Selama hidupku, hanya ada beberapa orang saja yang bisa membuatku tertawa dan tidak terpaku diam ketika aku berdua dengannya.

Aku suka kinerja takdir mempersatukan aku dengan keluarga dan teman-temanku. Aku tidak tau apa rumusan Allah memasukkanku nama-nama orang hebat dalam daftar sahabat terdekatku. Entah apa yang membuat Allah begitu baik, bahkan terkadang terlalu baik dalam memberikan orang-orang yang pantas di hidupku dan membuang orang-orang yang tidak aku butuhkan. Aku tidak tahu dan tidak pernah ingin tau. Yang aku ingin, aku bersama selamanya dengan mereka yang tidak selalu mendukung keputusanku yang terkadang salah.

Begitu banyak hal yang aku sukai. Tapi ada satu yang tidak aku suka. Kamu. Iya kamu. Kamu yang menganggap cinta bisa dipermainkan, diputar, dibuang, kemudian dipungut kembali. Kalau suatu saat aku menemukan yang jauh lebih baik darimu, jangan sedih ya :)

Rabu, 19 September 2012

Am I Good Enough?

Rabu, 19 September, 2012. Ruang BA 101 Fisip

Tepat jam 7, mata kuliah sistem komunikasi. Ini bukan pertama kalinya nama gue ada di kelas itu. Tahun lalu, semester 3, gue pernah ikut kelas ini. Sayangnya, nilai gue nggak mencukupi dan mata kuliah ini adalah mata kuliah wajib. Jadi, mau nggak mau gue harus ngulang. Pagi ini, kelas sepi, padahal udah jam 7 lewat. Dosen mata kuliah ini dikenal strict dan selalu tepat waktu. Waktu gue dateng, di kelas cuma ada sekitar 10-an orang. Tahun 2012, mata kuliah ini dimasukkan ke dalam mata kuliah pilihan, jadi cuma ada beberapa anak komunikasi angkatan 2011. Sedangkan dari angkatan gue, 2010, adalah yang ngulang. Sisanya dari angkatan 2009, 2008, dan anak-anak lintas jurusan.

Sampai dosen dateng, kelas cuma 20 orang. Hari ini membahas tentang teori sistem Talcott Parsons. Seperti biasa, dosen ini selalu nanya, "Ada yang udah baca?" Sekelas diam. Talcott Parsons dan teori AGIL (Adaptation, Goal attainment. Integration, & Latency) nya tentu bukan hal yang baru bagi gue, karena waktu ngambil matkul ini tahun lalu, ini udah dibahas. Sejujurnya gue bukannya males baca buku matkul ini. Tapi, bukunya berbahasa Inggris tingkat tinggi. Ada juga beberapa bab yang pakai bahasa Indonesia, tapi membingungkan karena di-translate dari bahasa Jerman (kalau nggak salah).

Dari 20 orang, cuma 1 orang yang udah baca dan bisa menjelaskan teori Talcott Parsons tentang fungsional struktural. Sejujurnya gue nggak ngerti, bahkan ketika kita ditanya satu per satu sama mbak dosen. Semua seolah pake common sense karena emang rata-rata pada nggak baca bukunya. Sampai akhirnya, mungkin mbak dosen marah. Wajar kalau beliau kecewa, karena kelas yang efektif adalah kelas yang bisa menciptakan disukusi, dan diskusi akan tercipta apabila mahasiswa telah membaca materi yang akan dibahas.

"Kalian sudah mau masuk semester akhir, seharusnya tidak ada lagi cerita masuk kelas tanpa tahu materi yang akan dibahas". begitulah kira-kira kata mbak dosen lulusan Jerman ini. Kemudian mbak dosen melanjutkan menasehati kami. Yang bikin gue malu, ketika beliau bilang, "Saya percaya kalian semua pintar, the best, sehingga kalian bisa berada di jurusan ini. Bangku yang kalian duduki diperebutkan banyak orang. Tahun ini, sekitar 11.000 orang mendaftar di komunikasi dan hanya sekitar 70 orang yang diterima. Itu berarti hanya 0,00sekian persen." JLEB. Am I good enough? Am I deserve?

Seketika saya benar-benar malu. Saya malu, telah diberikan rahmat oleh Allah untuk bisa menjadi bagian dari jurusan favorit di universitas yang setiap tahunnya menolak puluhan ribu mahasiswa. Saya malu untuk tidak ada rasa ingin tahu di diri saya. Saya malu tidak mengeksplor bakat yang saya miliki. Tiba-tiba saya menyesal, menghabiskan 4 semester kemaren untuk banyak bersenang-senang. Saat itu I lost my concentration. Yang ada, saya cuma bisa menyesal. Menyesal tidak mem-push limit yang saya punya. Menyesal datang ke kampus sering terlambat. Menyesal melewatkan waktu luang saya hanya untuk bersenang-senang karena saya merasa pembelajaran di kampus sudah cukup. Hey, am I good enough here?

Tiba-tiba saya merasa sangat berterima kasih kepada dosen saya. Terima kasih telah menyadarkan saya meski sudah di tengah jalan. Saya hanya percaya, tidak ada sesuatu yang terlambat. Masih ada 2 semester, KKN, dan skripsi. For sure, I'll do my best. Bukan untuk menunjukkan siapa saya, saya hanya ingin menunjukkan rasa syukur saya kepada Allah telah menempatkan saya di lingkungan sebaik ini. Semoga orang-orang benar, masa depan saya cerah :)

Jumat, 10 Agustus 2012

(Mencoba) bersyukur

Kita tidak pernah merasa sesuatu itu berharga, hingga kita kehilangan.


Mungkin kata-kata diatas sudah tidak asing di telinga kita semua. Ya, kita memang terkadang tidak menghargai apa yang dititipkan Allah kepada kita, hingga Allah mengambil itu semua. Di mata kita, semua biasa saja. Rumah yang nyaman, uang yang cukup, makanan yang enak, teman yang banyak, hingga kebutuhan yang selalu terpenuhi seakan tak ada yang istimewa, karena mungkin kita telah terbiasa mendapatkan itu semua selama bertahun-tahun lamanya.

Padahal, sebenarnya bagi kita yang masih sekolah atau kuliah dan belum mendapatkan penghasilan sendiri, itu semua hanyalah faktor keberuntungan. Beruntung lahir di keluarga berkecukupan. Beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi. Beruntung bisa menggunakan gadget terbaru. Beruntung bisa mendapatkan kasih sayang keluarga. Dan deretan beruntung beruntung lainnya.

Ketika kita dilahirkan, kita tentu tidak bisa memilih akan menjadi bagian dari keluarga siapa. Tapi Allah baik, menempatkan kita pada keluarga baik-baik, keluarga berkecukupan, keluarga yang mencintai segala kekurangan kita, dan keluarga yang selalu memenuhi semua kebutuhan kita. Ingat, semua hanyalah keberuntungan. Beruntung menjadi anak dari orang tua yang telah sukses secara materi,sehingga kita menjadi elemen paling utama untuk menikmatinya.

Saya, layaknya kita semua juga tidak menyadari bahwa Allah telah memberikan kehidupan yang luar biasa kepada saya. Saya selalu mengeluh. Mengeluh dengan tugas kuliah yang banyak, mengeluh pada orang tua yang sibuk, bahkan saya sering mengeluh jika baju saya yang disetrika oleh pembantu di rumah tidak rapi. Saya merasa tidak beruntung hidup jauh dari orang tua. Saya sering marah jika AC kamar kurang dingin, atau jika apapun yang saya butuhkan tidak ada. Saya bahkan sering iri kepada adik saya sendiri, yang terkadang mendapat perhatian berlebih dari orang tua. Hingga satu hari itu mengubah segalanya. Mengubah cara pandang saya tentang kehidupan, dan membuat saya merasa bahwa saya adalah makhluk Allah yang paling tidak tau terima kasih.

Saat itu sedang libur kuliah, maka pulanglah saya ke Jakarta. Sehari-hari di Jakarta hanya saya habiskan untuk bersantai dan bertemu teman-teman lama. Uang tidak pernah saya pikirkan, karena orang tua pasti akan ngasih yang saya minta. Hari itu, saya tidak ada janji untuk bertemu siapapun. Maka sayapun menyempatkan diri ke salon di dekat rumah. Sambil perawatan, si mbak salon cerita panjang lebar dan terjadilah obrolan menarik, meski kami berdua baru kenal.

Singkat cerita, mbak salon itu dulunya anak orang tajir melintir. Ayahnya kerja di salah satu perusahaan swasta yang jika saya sebutkan namanya, semua orang pasti tahu perusahaan itu. Saat kuliah, si mbak ini kuliah di Universitas negeri ternama di daerah Semarang. Karena ternyata si mbak salon ini bukan hanya cantik dan kaya, namun juga pintar. Namun, saat si mbak ini masuk semester 6 papanya dipecat  entah dengan alasan apa, dan berhutang ratusan juta ke rentenir. Maka dalam hitungan minggu, semua kekayaan mereka habis, Rumah, mobil, motor, dan seluruh investasi mereka ditarik rentenir. Maka jatuh miskinlah mereka.

Mereka kemudian mengontrak rumah kecil dengan harga Rp 400.000,00 sebulan. Sang ayah langsung terkena stroke dan meninggal. Si mbak salon terpaksa berhenti kuliah dan kini bekerja di salon, sementara ia harus mengobati sang ibu yang juga mulai sakit-sakitan.
"Bayangkan mbak, sekarang kami tinggal di rumah yang kecil, kumuh, kemana-mana harus jalan kaki karena nggak ada kendaraan. Jangankan buat jalan-jalan keluar negeri seperti dulu, sekarang buat makanpun susah mbak. Belum lagi beli obat buat ibu. Keluarga yang tadinya baik semua sekarang menjauh, Teman-teman saya juga jadi pada kayak nggak kenal ke saya" cerita mbak salon.

"Dulu saya juga nggak pernah merasa beruntung mbak memiliki itu semua. Bagi saya semua biasa-biasa aja. Saya dulu kekampus pake mobil Jazz mbak, sekarang kemana-mana aja jalan kaki biar hemat ongkos. Makanya mbak, selagi mbak masih banyak rezeki banyak-banyaklah bersyukur." lanjutnya

Hati saya terenyuh, Saya tidak bisa membayangkan jika saya bernasib seperti itu. Jika saya harus berhenti kuliah karena orang tua saya tak lagi bisa membiayai. Jika saya harus kehilangan barang-barang yang saya sayangi. Jika saya harus kehilangan keluarga dan teman-teman. Maka mulai hari itu, saya sadar semuanya adalah milik Allah. Saya tau saya juga bukan orang yang religius dan berhak menasehati siapapun yang membaca tulisan ini. Tapi saya hanya ingin mengajak kalian untuk bersyukur. Bersyukur bisa hidup, bernafas, mengenyam pendidikan, diberikan organ tubuh lengkap, memiliki keluarga dengan sejuta cintanya, dan masiiiiiihhhh banyak lagi nikmat lainnya.

Maka dari itu mulailah bersyukur dari sekarang, karena Allah akan menambah nikmat bagi umatnya yang selalu bersyukur. Selamat malam :)

Sabtu, 21 Juli 2012

Especially for you

Friendship is more than what you expected.
If it has broken, then what?
It's like a glass.
Once it fall into pieces, it can't be fixed perfectly.
That's why I asked you to keep it caref ully.

Then, when it just ended,
I need to tell you not to hope that much
Cause it definitely has been broken, it's truly end
Now, walk in your way.'
No need to worry about mine.

I'll walk in my own ways
In my own choice
And my last hope for you,
Forget my old me
Because I've disappointed and won't be what you need anymore.

Kamis, 03 Mei 2012

Surat Cinta Untuk Yang Tercinta....

Jogja, 4 Mei 2012 00.15

Dear Mbah Uti & (Alm) Mbah Kakung...
Aku rindu.
Disini banyaaaaak sekali pendengar, tetapi tidak ada yang sehebat kalian berdua.
Disini banyaaaaak sekali pembicara, tetapi tidak sefasih kalian berdua.
Disini banyaaaaak sekali tokoh hebat, tetapi bagiku mereka tidak sehebat kalian berdua.
Disini banyaaaaak sekali penulis, tetapi tidak ada yang sedalam kalian.

Aku sedih.
Aku belum pernah lagi menemukan orang setulus kalian
Aku belum pernah lagi bertemu dengan orang yang menyanyangiku seperti kalian
Aku belum pernah lagi menemukan orang yang begitu aku percaya.

Aku bimbang.
Aku menaruh bimbang sejak kepergian mbah kakung 2,5 tahun lalu
Aku bertambah bimbang sejak berpisah dari mbah uti.
Aku semakin bimbang saat aku terpaksa hidup sendiri disini.

Waktu memang banyak sekali berlalu. Tapi semua itu aku sesali. Aku menyesali keputusan untuk tinggal disini yang menurutku bodoh. Aku mengutuk diriku yang tidak lagi memiliki power. Aku berusaha melawan batinku yang kadang bertolak belakang dengan otakku. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku perbaiki, meski aku tau aku salah. 

Aku rindu berbagi tawa. Aku rindu saat disore hari, sambil menggendong tas sekolahku, perlahan masuk ke rumah, dan dengan bebas menceritakan apa yang aku alami & rasakan kepada kalian berdua. Aku bahkan tidak pernah merindu seseorang seperti ini. Seperti kepada kalian berdua. 

Aku belum pernah menemukan orang aku rasa tepat untuk mendengarkan semua keluh kesahku. Bahkan orang tuaku sekalipun. Maka hal yang paling aku tunggu adalah ketika aku tergesa-gesa mengemas barang-barangku, memanggil taksi untuk mengantarku ke bandara/stasiun, menahan kangen yang semakin membludak, sampai ke rumah, dan memelukmu dengan erat. Pelukan itu melunturkan segala keletihan. Melihatmu tersenyum, tertawa, dan bangga adalah goals ku untuk saat ini, besok, dan selamanya.

Maka, saat aku tak sanggup lagi tertawa, saat tawaku larut dalam duka, saat aku tak mampu lagi bercerita, saat aku tak juga menemukan orang yang tepat, saat semua tanggung jawabku perlahan hancur, saat tangis tak dapat lagi dibendung, aku hanya ingin pulang. Kemudian menghabiskan malam untuk berbagi denganmu. Tentang mereka yang membahagiakanku, dan tentang dia yang membuatku hancur. Karena aku tahu, kapan aku harus kembali pulang. Mbah uti, aku akan kembali. Kembali menemani hari-hari tuamu. Tenang belahan jiwaku, aku pasti pulang :')

Jumat, 23 Maret 2012

Dear Allah

Allah, I believe in you
Allah, I keep praying for you
Allah, I know I can't live without you
Allah, safe me as usual

Allah, I thank to you for what you've given to me
Allah, I know you're irreplaceable
Allah, I'm not your best, but you still be mine
Allah, I forget you in my laugh, but I always come back to you in my cries
And you still keep me, show me how beautiful life is.
You're amazing, gorgeous, I feel you in my every breathe.

You give me ANYTHING I need
You give me people who really love & hate me
You give me a beautiful life with all gorgeous things on it
You put me here, and you make everything looks possible

I thank to you for what I've got.
I thank to you to put me here
I thank to you Allah, I thank.

I appreciate how much you love me
But from all your gift, there's one whom I really love.
BUNDA.
You put a beautiful & strong women in my life
Who has unlimited patience
Who has a lot of reasons how to be strong
Who has a great attitude
Who never disappoint me
Who never lie to me

Dear Allah...
Thanks to put Bunda in my life
Keep her, Allah
Keep her in your ways
Add her patience to keep me
Make her stronger to fight with this world.
Because I know, I can't live without you and her :')

Minggu, 18 Maret 2012

Time Flies

Time flies.
Nggak ada orang yang bisa memungkiri itu. Semua berubah. Walau ketika masih indah, aku yakin ini semua abadi. Tapi nyatanya? Tiba-tiba aku ingat, bahwa hidup selalu tentang siapa yang datang dan siapa yang pergi. Siapa yang hanya singgah, atau siapa yang akan bertahan. Hidup. Kamu bahkan tidak pernah meminta untuk hidup dan dihidupi, tapi itu terjadi. Sama seperti aku yang tidak pernah mengharapkanmu, tapi aku tau kamu akan terus di hatiku.

Ketika malam sudah tidak lagi menjadi saksi cerita kita, sebenarnya dulu aku pernah berpikir. Berpikir bahwa suatu saat, malamku akan kembali sepi dan sunyi. Bahwa canda tawa kita hanya sementara, dan kita hanya sedang tertawa sambil menghitung waktu kapan itu berakhir. Aku percaya, semua akan berakhir. Allah menghadirkan kamu di hidupku karena kamu baik. Tapi Allah menghapus kamu dari hidupku karena akan ada pengganti yang lebih baik dari kamu.

Dari kamu, aku belajar banyak tentang hidup. Menangisi hidup, menertawakan hidup, menantang hidup, mengikuti arus hidup, bahkan aku menjadi berani untuk melawan hidup. Ah, aku bahkan gak tau lagi harus menulis apa. Tapi, terima kasih ya. Terima kasih telah lama bercumbu dengan malamku. Aku tau, kita tidak bisa satu. Mohon maaf telah "melawan hidup" dan memaksakan semua yang ada. Sampai bertemu di surga nanti.