Selasa, 31 Mei 2011

Jogja Istimewa

Baru-baru ini lagi ramai berita yang menyebutkan Jogja sebagai kota ternyaman se-Indonesia. Gue pribadi setuju sama berita tersebut. Hampir satu tahun di Jogja, mungkin sedikit banyak gue tau tentang kota Jogja, terutama tentang berbagai spot menarik khas mahasiswa. Mendengar kata Jogja, gue sendiri masih percaya nggak percaya kalo pada akhirnya gue harus melanjutkan study disini at least masih untuk 3 tahun ke depan. Itupun kalo kuliah gue lancar dan sehat wal afiat.

Kota Jogja memang nggak sebesar Jakarta, tapi justru dengan begitulah gue ngerasa nyaman. Masalahnya, kalo mau kemana-mana jadi deket. Kosan gue yang masih berada di kawasan kampus ugm sudah pasti memudahkan gue kalo kuliah. Naik motor ke kampus juga nggak sampe 5 menit. Selain itu, di daerah kosan gue juga bertebaran berbagai tempat makan. Dari mulai burjo, rumah makan padang, soto, mie ayam, dll.

Berhubung dari kecil itu gue paling males kalo cuma diem aja di tempat tinggal, jadilah kerjaan sampingan gue di Jogja selain kuliah itu melancong sama temen-temen. Ini juga didukung dengan spot-spot terbaik yang ada di Jogja. Kalo cuma punya waktu sedikit, ya tinggal dateng aja ke malioboro yang cuma 10 menit dari kosan gue. Di malioboro kita bisa belanja dengan harga murah asal pinter nawar. Kalo waktunya agak lenggang, biasanya main ke Parangtritis, Merapi, atau daerah wisata Keraton. Malem-malem itu ya tetep paling enak nongkrongnya di alun-alun kidul sambil minum wedang ronde panas.

Gue sering banget check-in di foursquare berbagai tempat yang gue datengin. Dan biasanya komentar orang-orang adalah, "Kamu kuliah apa main sih, Dev?" hahahaha. Mungkin itu karena gue kebanyakan check-in tempat-tempat yang lebih dikenal orang sebagai tempat wisata. Tapi spot favorit sih di km 0 Jogja, perempatan kantor Pos & BNI yang menghubungkan Jl. Malioboro sama kawasan Kraton.

Satu tahun di Jogja bobot gue nambah 10 kg. Ini diprotes abis-abisan sama keluarga. Takut diabetes lah katanya. Maklum, nyokap ada diabetes yang kemungkinan besar nurun ke gue. Gue juga gak ngerti kenapa bisa naik segitu banyaknya. Makan juga padahal gak lebih dari 3 kali, walaupun memang porsinya banyak sih. Nah, masalah makanan di Jogja memang membangkitkan selera banget nih.

Jogja yang dikenal dengan gudeg, gue malah baru 3 kali makan gudeg dalam 1 tahun terakhir ini. Pertama sama bokap di jl. Malioboro (sekedar info, gudegnya jauuuuhhh lebih mahal dari harga standar), kedua sama si Evint di daerah kosan, dan yang terakhir makan sendiri di Wijilan. Pernah denger dari temen gue yang asli Jogja, katanya gudeg yang paling enak dan murah itu ya di daerah Wijilan, terutama gudeg Yu Djum. Yang paling gue suka ya penyetan mas kobis. Ini ada di Jl. Alamanda, sebelah timur teknik UNY. Dengan cabai yang bisa kita tentuin sendiri, kayaknya rasa mas Kobis belom ada yang bisa ngalahin. Nyokap sama sahabat gue, Okky aja sampe nagih.

Surganya anak kos adalah burjo!! Awalnya gue kira di burjo itu jualannya cuma bubur kacang ijo, tapi ternyata justru bubur kacang ijo di burjo itu bukan jadi menu andalan. Biasanya, yang banyak dimakan anak-anak kost yang makan di burjo itu magelangan, nasi telur, atau nasi sarden. Gue aja baru satu kali makan burjo di burjo. padahal ke burjo udah ratusan kali. Hahaha. Burjo langganan gue itu ya sami asih. Burjo 24 jam yang ada di daerah swakarya. Jadi kalo laper jam 2 pagi, sami asih siap sedia melayani.

Dari dulu, gue adalah penggila sea food. Tapi justru baru beberapa minggu lalu nemu sea food enak dan murah di Jogja. Letaknya di sebelah utara Jogjakarta Plaza Hotel. Namanya Mirosa Seafood. Awal nemu tempat ini nggak sengaja, cuma sembarang nyoba aja. Nggak taunya rasanya jempolan!! Harganya juga murah. Nasi goreng sea food dengan cumi dan udang yang besar-besar cuma di bandrol 8rb. Satu porsi cumi/udang/ikan kisaran harganya 12 ribu. Mahasiswa bangeeeetttt!!

Biasanya kalo nyokap ke Jogja, dia minta diajak makan pecel. Dari dulu nyokap emang favorit banget sama pecel. Nah, untungnya di daerah kosan gue, Klebengan, ada rumah makan pecel yang udah terkenal dan rasanya juara banget. Namanya SGPC Bu Wiryo. Orang Jogja pasti tau banget nih! Harganya juga standar mahasiswa, tapi rasanya enak banget. Kalo musim liburan atau weekend, pengunjung SGPC ini rame banget. Parkir mobilnya sampe memakan bahu jalan. Biasanya adalah mobil-mobil berplat B.

Nah, kalo bokap itu penggemar soup. Jadilah tiap doi kesini gue berkewajiban ngajak makan di sop Pak Min Klaten. Ada yang di Jakal km 5, ada juga yang di daerah Sagan. Harga sop di Pak Min emang agak mahal, lebih mahal dari sop kebanyakan. Tapi gue rasa, sebandinglah sama rasanya yang emang enak banget. Kalo soto, gue suka banget sama yang di jalan mangga, Klebengan. Sotonya cuma grobak pinggir jalan yang dikasih tikar. Enak, harganya juga murah. Satu porsi cuma 4 ribu. Belom lama ini, temen gue ngasih tau tempat makan soto, namanya soto Pak Ngadiran yang juga ada di daerah Klebengan. Rasanya juara, walaupun agak lebih mahal dari soto grobak.

Itulah mengapa berat badan gue terus terusan naik dengan drastis. Hahahahaha. Nah, kalo dari awal bulan wisata kuliner, biasanya akhir bulan pasti kere. Pernah waktu itu masih harus bertahan hidup seminggu dengan sisa uang 100 ribu. Alhasil, gue sama sahabat gue, Evint, beberapa malam berturut-turut makan nasi kucing di Angkringan Klebengan. Walaupun awalnya gue gak terlalu suka, tapi sekarang malah sering makan nasi kucing. Harganya murah, satu bungkus cuma seribu! Gorengannya juga masih 250 perak. Jadi setiap akhir bulan, lari lah gue dan temen-temen ke nasi kucing :D

Dengan sistem kota yang nggak kalah kebat dari Jakarta, gue tetep kagum sama Jogja. Kebudayaan di Jogja nggak luntur meski banyak pendatang. Kalo pada ke Jogja, coba deh perhatiin plat nomer kendaraan. Kayaknya yang berplat AB sama banyaknya sama yang berplat lain. Hebatnya, Jogja tidak pernah kehilangan pesona bagi turis meski baru aja diguncang letusan merapi beberapa bulan lalu. Ah, jogja memang istimewa.

Jumat, 20 Mei 2011

PTN ooh PTN

Setelah pengumuman kelulusan tingkat SMA dan sederajat tanggal 16 Mei lalu, kayaknya adek-adek yang baru lulus belum sepenuhnya berbangga diri. Seperti tradisi dari tahun ke tahun, yang menjadi penyebabnya adalah Perguruan Tinggi Negeri. Dengan bangku yang terbatas, PTN ternyata masih punya "pesona" yang begitu menggiurkan bagi para lulusan SMA. Makanya gak heran, biarpun PTN mulai berlomba-lomba memasang tarif lebih tinggi dari PTS, itu gak jadi masalah, soalnya begitu masuk, PTN pasti akan menawarkan banyak beasiswa.

Trus sebenernya, apa bedanya PTN sama PTS? Alasan pertama, telah menjadi "mind set" di berbagai kalangan bahwa nama besar sebuah PTN nantinya akan bisa membantu kita bersaing di dunia kerja. Kedua, jumlah PTN tidak sebanyak PTS. Jumlah PTN di setiap kota biasanya paling banyak 2. Misalnya, di Jakarta ada UNJ (Universitas Negeri Jakarta), di Bandung ada UNPAD (Universitas Padjajaran), di Jogja ada UGM & UNY, dll. Lantaran jumlah yang tidak banyak, maka wajar jika PTN jauh lebih diminati. Ini juga tentunya berbanding lurus dengan kualitas.

Harus kita akui, pada kenyataannya PTN memang memiliki magnet tersendiri. Setiap tahunnya, dari berbagai jalur masuk yang dibuka, ratusan ribu bahkan jutaan lulusan SMA se-Indonesia bersaing ketat untuk mendapatkan satu bangku. Dari mulai jalur SNMPTN sampai jalur mandiri yang dibuka masing-masing Universitas, pada kenyataannya tidak pernah sepi peminat. Ini bertolak belakang dengan PTS, dimana tidak akan ada kata "tidak diterima" dari pihak universitas. Asalkan memunuhi syarat, semua pasti diterima. Bahkan, beberapa PTS sampai harus melakukan promosi school to school untuk menarik peminat.

Maka adalah hal yang wajar, jika pasca pengumuman berbagai tes PTN, ratusan ribu pendaftar yang merasa telah mempersiapkan diri dengan baik harus menerima pil pahit. Berbagai cara mungkin sudah ditempuh. Dari mulai ikut bimbingan belajar, intensif, hingga berkali-kali mengulang pelajaran di rumah. Persaingan masuk PTN setiap tahunnya sudah pasti memiliki sensasi tersendiri. Namun pada kenyataannya, yang diterima di PTN sebenarnya bukan hanya orang-orang pintar, melainkan orang-orang yang beruntung.

Dan yang harus disadari, bagi adik-adik yang sudah resmi diterima di PTN, sebaiknya jangan berbangga diri dulu. Ujian lebih kuat siap menantang di depan mata. Dunia kuliah selalu menuntut waktu dan energi kita. Belum lagi materi yang didapat selalu tidak mudah. Tetap semangat mahasiswa!

Rabu, 11 Mei 2011

G. bye

Someday, I'm sure time will tear us apart. But at least, in my heart, blood, and mind, you've been stuck here for a while.

I said I'm okay, but there is a little hurt, pain, and sorrow behind it.
I said I don't even care, but there is a little know behind it.

Whatever I do, wherever I go, I always remembering you like a crazy. Maybe, I can forget people whose laugh with me, but I won't forget people whose cry in a cold night. I do really care about your happiness. That's why, sometimes I really don't care about mine. I do too many effort to make you laugh while you tell a hurt story. And I really wanna do anything just for your 'lil smile, I would walk in a thousand miles!

A bit hurt for crazy love. A little smile for the damn feel.

Sabtu, 07 Mei 2011

Prinsip Rafting

Rafting atau olahraga arung jeram belakangan semakin merebak dimana-mana. Nah, selesai UTS kemaren gue bareng temen-temen yang lain mencoba rafting untuk pertama kalinya di sungai Elo, Magelang. Dengan harga Rp 100.000/orang, fasilitas yang didapat cukup mumpuni. Mumpung juga baru selesai UTS, akhirnya waktu itu gue dan 5 orang teman rafting disana. Seru banget. Pelayanannya keren. Di tengah perjalanan, kita duduk di pinggiran sambil minum kelapa muda dan beberapa kue tradisional.

Menggunakan jasa Kompas Adventure, kita mengarungi sungai Elo kurang lebih 3 jam, dipandu oleh Pak Tekno yang ahli banget. Kebetulan, karena kita pemula, kita sengaja memilih sungai Elo yang arusnya nggak terlalu deras. Sebenarnya rafting nggak terlalu susah kok. Begitu ada arus, si pemandu akan bilang "stop". Itu tandanya kita harus berhenti ngedayung dan pegangan ke tali yang ada di pinggir perahu. Nah, waktu itu salah satu temen gue, Pricilia, gak denger pak Tekno bilang stop. Di arus, dia masih aja ngedayung sementara yang lain sibuk pegangan di tali. Pluuung! Badan kecil mungil si pricil dengan sendirinya nyemplung ke sungai. Kita semua kaget. Mukanya si Prisil panik. Gue yang kebetulan posisinya deket sama dia jatoh, nggak bisa nahan ketawa. Waktu mau bantuin dia naik ke perahu, tangan gue bener-bener lemes seketika. Akhirnya, tawa kita semua meledak. Begitu sampai di tempat yang nggak ada arusnya, pak Tekno dengan baik hati mengizinkan kita berenang.

Awalnya sempet takut juga, jujur yang gue takutin adalah susah naik ke perahunya lagi. Entah kenapa, waktu berenang pelampung gue kayak disfungsi. Kayaknya mau kelelep ajaaa. Arus kecil terus ngebawa kita. Evint keliatan amat sangat menikmati. Tapi gue sama Rindy, terjebak di pinggiran tebing yang banyak bambu-bambunya. Kita berusaha menggapai tangannya Prisil yang posisinya rada di tengah. Tapi entah dengan unsur balas dendam atau apa, bukannya nolongin si Prisil malah ngetawain kita. Hahahahahaha! Akhirnya gue dan Rindy terpaksa masukin kepala ke air biar nggak kena bambu. Nggak lama, Pak Tekno ngasih kita tantangan. Tantangannya adalah kita semua harus berdiri di pinggir perahu, dengan tangan bergandengan, tapi nggak boleh jatoh. Sementara beliau berusaha memutar-mutarkan perahu. Di tantangan itu, setelah beberapa kali kita semua akhirnya jatoh. Gue, Rindy, Gilang, Pricil, Dhani, jatuh ke dalam perahu. Tapi anehnya, si Evint jatoh sendiri ke air. Hahahaha. Lagi-lagi tawa meledak. Ditambah ekspresi Evint yang bukannya ketakutan dan kaget, tapi dia malah ketawa kesenengan. Akhirnya kita yang mau nolong pun jadi ketawa ngakak. Selesai menghabiskan 3 jam yang melelahkan tapi juga seru ini, kita semua makan di pinggir kolam.

Disinilah segala celoteh dimulai. Nah, akhirnya kite ber6 berprinsi "Saat rafting, kawan dan lawan itu beda tipis". Hahahaha. Ini bisa dilihat dari waktu ada teman yang dalam bahaya, naluri menolong kita ternyata lebih kecil daripada naluri ketawa. Kemudian prinsip itu kita kenal dengan "prinsip rafting". Jadi, begitu di kampus ada yang rada egois, nggak setia, atau apapun itu, kita semua sambil ketawa selalu bilang, "Wah, prinsip rafting banget nih!"

Rabu, 04 Mei 2011

B 6401 PKE

Hey, kamu!
kamu itu cuma kendaraan beroda dua. Tapi kenapa bisa membuat hidupku lebih mudah? Tahu nggak sih, sejak kita bersama di bulan April 2008, aku gak bisa jauh-jauh dari kamu. Unyuuuu! Dari mulai naik motornya baru aja bisa, sampe sekarang udah sotoy nyalip-nyalip jalanan Jogja, thanks for accompanying me darling!

Kita berkali-kali jatuh lho, Revo. Yang terparah waktu kita jatuh di Jl. Gajah Mada Jakarta. Maafkan aku telah melukai tubuhmu. Dan maafkan juga penyiksaan di kereta ke Jogja buat pindahan. Tapi yang pasti, I really love you.

Biarpun ayah berkali-kali nawarin ganti motor, no no no. Kita gak bisa dipisahkan kan, Revo. Ih sumpah, gue nggak kebayang hidup gue tanpa lo. Huhuhuhuhu. Terima kasih selalu terparkir rapi di depan kamar. Terima kasih telah setia menemani berbagai perjalanan. Maaf yaaa, aku suka lupa mandiin kamu. Suka lupa bawa ke "dokter" bulanan. Suka beliin "makanan" kamu di pinggir jalan. Maaf juga, dengan bobotku yang makin nambah dan bikin kamu keberatan.

Jangan nakal lagi, Revo. Jangan mogok-mogok, jangan kempes juga, biar kamu nggak dituker sama ayah. Damn, I love my Revo! :D

Minggu, 01 Mei 2011

Gagal dan Gagal (lagi)

Jujur, gue bukan termasuk cewek yang amat sangat peduli sama penampilan. Tapi bukan berarti benar-benar nggak peduli lho yaaa. Bagaimanapun, penampilan adalah sesuatu yang pertama kali dilihat oleh orang yang baru kenal, dan tanpa disadari, itu akan menjadi penilaian awal seseorang yang kemungkinan besar akan mempengaruhi penilaian berikutnya. Harus kita akui, di era yang mulai maju ini, ribuan wanita menjadi "pemuja salon", dimana melakukan treatment di salon is a must! Terkadang, mereka bahkan tidak peduli dengan digit rupiah yang harus dikeluarkan. Mulai dari pulihan ribu, hingga jutaan rupiah.

Perawatan-perawatan utama dari mulai massage, lulur, facial, creambath, hingga perawatan yang kurang penting seperti manicure pedicure pun dilakoni. Entah lantaran "indirect pressure" dari lingkungan, atau mungkin mereka memang benar-benar berniat memperindah diri. Namun toh pada kenyataannya, keindahan penampilan bagi seorang wanita tetap tidak bisa dikesampingkan. Gue pribadi mengakui, tapi jujur, kalau untuk menjadi "pemuja salon" ogah banget deh. Ke salon bagi gue, ya wajarnya 2 minggu sekali ajalah. Selain menghemat pengeluaran sebagai anak kost, uangnya lebih baik dialokasikan buat menambah koleksi novel teenlit gue yang udah mulai ilang entah kemana.

Nah, yang kedua selain salon adalah berat badan! Dwaaaarr! Buat kalian para lelaki, mendingan jangan sekali-kali deh nanyain berat badan ke cewek. Masalahnya, ini sensitive banget bro, terutama buat cewek kayak gue dengan berat badan diatas rata-rata. Hahahaha. Berat badan ideal tentu dibutuhkan semua orang, bukan hanya wanta. Selain alasan penampilan, alasan kesehatan juga menjadi faktor penting. Soalnya, timbunan lemak yang ada di tubuh kita itu berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.

Maka adalah hal yang wajar jika banyak produk yang menawarkan keidealan bentuk tubuh dengan menggunakan model berbadan papan penggilasan. Yang malesin, waktu ada temen yang badannya selidi ogah diajak makan dengan alasan, "Ah, takut gemuk." Dari mulai berbentuk obat, milk-shake, bahkan ada yang melangsingkan tubuh dalam bentuk teh, slimming tea contohnya. Jujur, seumur-umur gue belom pernah nyoba itu semua. Bentuk badan si model yang emang bikin iri seumur hidup itu terkadang bikin para wanita iri setengah mati. Maka, berbagai macam cara-pun ditempuh. Sampai ada lho, yang jadi penderita bulimia dan anorexia.

Awalnya gue nggak peduli sama berat badan yang semakin membesar sejak tinggal di Jogja, sekitar 9 bulan yang lalu. Tapi lama-lama kok, baju banyak yang gak muat ya? Ini yang bikin nggak enak! Terpaksa, budget bulanan kepotong buat beli baju. Belom lagi harus ngeluarin baju yang udah nggak muat dari lemari.

Trus, sekitar seminggu yang lalu gue ke rumah kakek yang di Ciamis. Dan di hari itu, hampir semua orang mem-protes berat badan gue yang semakin meningkat. Bahkan, ada salah satu uwa (paman dalam bahasa sunda) gue, yang menyindir, "Wah, devita langsing banget." Hwahahahaha. How embarrassed! Trus, bergantianlah cercaan datang dari sepupu-sepupu gue yang sebenernya nggak kalah gemuk juga :D

Nah, dari situ ternyata gue tau kalo ada keturunan diabetes. Dan ternyata, para "calon" penderita penyakit menurun itu tidak boleh terlalu gemuk. Gak jelas juga alasannya. Semenjak pulang dari rumah kekek itulah, gue memutuskan untuk DIET! Ini sebenernya bukan diet yang pertama kali. Sejak beberapa tahun yang lalu, gue berkali-kali mendeklarasikan diri untuk diet. Sayangnya, selalu gagal, dan gagal. Kalaupun berhasil, toh berat badan gue gak cuma berkurang maksimal 3 kg, yang tidak akan terlihat secara kasat mata. Tapi semoga diet kali ini berhasil. AMIN!