Jujur, gue bukan termasuk cewek yang amat sangat peduli sama penampilan. Tapi bukan berarti benar-benar nggak peduli lho yaaa. Bagaimanapun, penampilan adalah sesuatu yang pertama kali dilihat oleh orang yang baru kenal, dan tanpa disadari, itu akan menjadi penilaian awal seseorang yang kemungkinan besar akan mempengaruhi penilaian berikutnya. Harus kita akui, di era yang mulai maju ini, ribuan wanita menjadi "pemuja salon", dimana melakukan treatment di salon is a must! Terkadang, mereka bahkan tidak peduli dengan digit rupiah yang harus dikeluarkan. Mulai dari pulihan ribu, hingga jutaan rupiah.
Perawatan-perawatan utama dari mulai massage, lulur, facial, creambath, hingga perawatan yang kurang penting seperti manicure pedicure pun dilakoni. Entah lantaran "indirect pressure" dari lingkungan, atau mungkin mereka memang benar-benar berniat memperindah diri. Namun toh pada kenyataannya, keindahan penampilan bagi seorang wanita tetap tidak bisa dikesampingkan. Gue pribadi mengakui, tapi jujur, kalau untuk menjadi "pemuja salon" ogah banget deh. Ke salon bagi gue, ya wajarnya 2 minggu sekali ajalah. Selain menghemat pengeluaran sebagai anak kost, uangnya lebih baik dialokasikan buat menambah koleksi novel teenlit gue yang udah mulai ilang entah kemana.
Nah, yang kedua selain salon adalah berat badan! Dwaaaarr! Buat kalian para lelaki, mendingan jangan sekali-kali deh nanyain berat badan ke cewek. Masalahnya, ini sensitive banget bro, terutama buat cewek kayak gue dengan berat badan diatas rata-rata. Hahahaha. Berat badan ideal tentu dibutuhkan semua orang, bukan hanya wanta. Selain alasan penampilan, alasan kesehatan juga menjadi faktor penting. Soalnya, timbunan lemak yang ada di tubuh kita itu berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.
Maka adalah hal yang wajar jika banyak produk yang menawarkan keidealan bentuk tubuh dengan menggunakan model berbadan papan penggilasan. Yang malesin, waktu ada temen yang badannya selidi ogah diajak makan dengan alasan, "Ah, takut gemuk." Dari mulai berbentuk obat, milk-shake, bahkan ada yang melangsingkan tubuh dalam bentuk teh, slimming tea contohnya. Jujur, seumur-umur gue belom pernah nyoba itu semua. Bentuk badan si model yang emang bikin iri seumur hidup itu terkadang bikin para wanita iri setengah mati. Maka, berbagai macam cara-pun ditempuh. Sampai ada lho, yang jadi penderita bulimia dan anorexia.
Awalnya gue nggak peduli sama berat badan yang semakin membesar sejak tinggal di Jogja, sekitar 9 bulan yang lalu. Tapi lama-lama kok, baju banyak yang gak muat ya? Ini yang bikin nggak enak! Terpaksa, budget bulanan kepotong buat beli baju. Belom lagi harus ngeluarin baju yang udah nggak muat dari lemari.
Trus, sekitar seminggu yang lalu gue ke rumah kakek yang di Ciamis. Dan di hari itu, hampir semua orang mem-protes berat badan gue yang semakin meningkat. Bahkan, ada salah satu uwa (paman dalam bahasa sunda) gue, yang menyindir, "Wah, devita langsing banget." Hwahahahaha. How embarrassed! Trus, bergantianlah cercaan datang dari sepupu-sepupu gue yang sebenernya nggak kalah gemuk juga :D
Nah, dari situ ternyata gue tau kalo ada keturunan diabetes. Dan ternyata, para "calon" penderita penyakit menurun itu tidak boleh terlalu gemuk. Gak jelas juga alasannya. Semenjak pulang dari rumah kekek itulah, gue memutuskan untuk DIET! Ini sebenernya bukan diet yang pertama kali. Sejak beberapa tahun yang lalu, gue berkali-kali mendeklarasikan diri untuk diet. Sayangnya, selalu gagal, dan gagal. Kalaupun berhasil, toh berat badan gue gak cuma berkurang maksimal 3 kg, yang tidak akan terlihat secara kasat mata. Tapi semoga diet kali ini berhasil. AMIN!
Perawatan-perawatan utama dari mulai massage, lulur, facial, creambath, hingga perawatan yang kurang penting seperti manicure pedicure pun dilakoni. Entah lantaran "indirect pressure" dari lingkungan, atau mungkin mereka memang benar-benar berniat memperindah diri. Namun toh pada kenyataannya, keindahan penampilan bagi seorang wanita tetap tidak bisa dikesampingkan. Gue pribadi mengakui, tapi jujur, kalau untuk menjadi "pemuja salon" ogah banget deh. Ke salon bagi gue, ya wajarnya 2 minggu sekali ajalah. Selain menghemat pengeluaran sebagai anak kost, uangnya lebih baik dialokasikan buat menambah koleksi novel teenlit gue yang udah mulai ilang entah kemana.
Nah, yang kedua selain salon adalah berat badan! Dwaaaarr! Buat kalian para lelaki, mendingan jangan sekali-kali deh nanyain berat badan ke cewek. Masalahnya, ini sensitive banget bro, terutama buat cewek kayak gue dengan berat badan diatas rata-rata. Hahahaha. Berat badan ideal tentu dibutuhkan semua orang, bukan hanya wanta. Selain alasan penampilan, alasan kesehatan juga menjadi faktor penting. Soalnya, timbunan lemak yang ada di tubuh kita itu berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.
Maka adalah hal yang wajar jika banyak produk yang menawarkan keidealan bentuk tubuh dengan menggunakan model berbadan papan penggilasan. Yang malesin, waktu ada temen yang badannya selidi ogah diajak makan dengan alasan, "Ah, takut gemuk." Dari mulai berbentuk obat, milk-shake, bahkan ada yang melangsingkan tubuh dalam bentuk teh, slimming tea contohnya. Jujur, seumur-umur gue belom pernah nyoba itu semua. Bentuk badan si model yang emang bikin iri seumur hidup itu terkadang bikin para wanita iri setengah mati. Maka, berbagai macam cara-pun ditempuh. Sampai ada lho, yang jadi penderita bulimia dan anorexia.
Awalnya gue nggak peduli sama berat badan yang semakin membesar sejak tinggal di Jogja, sekitar 9 bulan yang lalu. Tapi lama-lama kok, baju banyak yang gak muat ya? Ini yang bikin nggak enak! Terpaksa, budget bulanan kepotong buat beli baju. Belom lagi harus ngeluarin baju yang udah nggak muat dari lemari.
Trus, sekitar seminggu yang lalu gue ke rumah kakek yang di Ciamis. Dan di hari itu, hampir semua orang mem-protes berat badan gue yang semakin meningkat. Bahkan, ada salah satu uwa (paman dalam bahasa sunda) gue, yang menyindir, "Wah, devita langsing banget." Hwahahahaha. How embarrassed! Trus, bergantianlah cercaan datang dari sepupu-sepupu gue yang sebenernya nggak kalah gemuk juga :D
Nah, dari situ ternyata gue tau kalo ada keturunan diabetes. Dan ternyata, para "calon" penderita penyakit menurun itu tidak boleh terlalu gemuk. Gak jelas juga alasannya. Semenjak pulang dari rumah kekek itulah, gue memutuskan untuk DIET! Ini sebenernya bukan diet yang pertama kali. Sejak beberapa tahun yang lalu, gue berkali-kali mendeklarasikan diri untuk diet. Sayangnya, selalu gagal, dan gagal. Kalaupun berhasil, toh berat badan gue gak cuma berkurang maksimal 3 kg, yang tidak akan terlihat secara kasat mata. Tapi semoga diet kali ini berhasil. AMIN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar