Kamis, 29 Juli 2010

COMMUNICATION Department. Dream,Happiness,Togetherness,and Craziness

For all people, COMMUNICATION become a vital key in this life. As human being, we need a good communication in every part in this world. Communication is also needed for solving problems. For delivering our purpose, just need a good communication and there won't miss understanding over there. That's why, I have chosen this degree in my college time.

Speaking and writing is my beloved hobby. I heart that so much. I love speaking with anyone and in every moment. And I really wanna write anything. Every night, I always write at my diary book. When I was so confused choosing degree, my teacher at course recommended me to go to communication.
And now, all of my fatigue to reach it has lost. Accepted in Gadjah Mada University make me so proud and forget how tired and bored getting it. Thousands of people try to be a college student of Gadjah Mada University, just a little people who were accepted. Proud? Of course!! But the most important thing that make me so proud is all members of communication department!
I have imagined if my friends in college is a smart people and can't be funny or anything else. I imagined if I were in a silent class. But all my perception has lost by all members of communication department. They are kind, full of funny, crazy, and we will have a good relationship later.
I have some photo in our great moments. Even lecture has not started yet, but some of us had a great hang out. Here it is:)It was at Rumah Pohon Cafe, Jogja. Before UTUL test of TOEFL, they were hang out. There was Andika, bisma, wilman, anis, evint, gilang, ovi, tika, melinda, wintolo, and arma. I didn't pretending this moment because I were in Jakarta at that day.

It was in UGM's mosque. It happened at 3rd of July, when Avissa and I were coming from Jakarta to Jogja. We were going to moviebox at Gejayan, after that went to SS reston and then praying at UGM's mosque. And the last, we went to our campus and taking photos over there.

It was Andika, Rezha, Bisma, and Wintolo when they were fishing.

Yeah, the last word isssss, WE ARE FAMILY OF COMMUNICATION DEPARTMENT, GADJAH MADA UNIVERSITY 2010

Rabu, 28 Juli 2010

Selamat Jalan Mbah Kakung

Kamis, 31 Desember 2010, pukul 11.00 Paviliun Arafah atas kamar 10 RS.Islam Jakarta.
Suasana ini sama sekali tidak pernah aku rasakan di keluarga. Aku seperti bukan berada di tengah-tengah keluargaku. Sunyi, senyap, seperti dirundung duka yang mendalam. Keluargaku adalah keluarga yg bahagia. Kami semua penuh dengan canda tawa. Tapi sama sekali tidak untuk siang ini. Perlahan-lahan, satu demi satu anggota keluarga besarku datang. Di depan kami, kakek seperti tertidur pulas. Sesekali nafasnya berbunyi agak pelan. Di kanannya, pakde ku tak henti-henti membisikkan kalimat Allah. Kejadian yang amat sangat aku benci ini ternyata harus berlangsung lama. Detik demi detik bahkan berbunyi dari jam yang ada di ruangan rumah sakit ini. Menembus kesunyian dalam diamnya seluruh anggota keluargaku. Saat itu, aku seperti enggan beranjak dari sisinya. Jari jemariku terus menggenggam erat tangannya. Aku yakin, ini hanya masa kritisnya. Kakekku akan sembuh dan kami akan menonton bola bersama lagi di kemudian hari. Tapi nyaliku seperti jatuh saat om windu menggelengkan kepala tanda kecewa setelah memegang kaki mbah kakung. Penasaran, aku rangkul kakinya. Dan tenyata DINGIN. Kakinya dingin sebatas betis. Air mataku perlahan mulai muncul. Waktu terus bergulir. Nafas kakung semakin menderu agak keras dari yang tadi. Jam dinding mulai menunjukkan pukul 14.00. Tanganku masih enggan bergerak dari tangan kakung. Perlahan-lahan tangan kakung mulai mendingin. Saat itu, nenek membisikkan sesuatu ke mbah kakung. "Mas, kalau mas mau pergi duluan, silahkan. Saya ikhlas" Selang beberapa detik, mulut kakung terbuka dan mengucapkan lafal "La illa ha illallah". Tangannya yang masih dalam genggamanku sontak melemas. Denyut nadinya seperti hilang. Aku sadar, kakekku telah pergi, tapi dalam hati kecilku, aku berharap TIDAK! Sampai dokter datang, dan berkata, "bapak sudah tidak ada". Kami semua langsung berkata, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un". Tumpah lah air mataku saat itu juga. Tubuhku serasa bobrok. Bahkan di saat aku merasa tidak kuasa untuk berdiri, Saphira, sepupuku langsung menjatuhkan tubuh dan air matanya di pelukanku. Dan saat itu, aku sadar, SEPARUH JIWAKU PERGI. Yang ada di otakku adalah OST. catatanku yang dinyanyikan Melly feat Baim. Seperti ini liriknya.

Awan-awan menghitam
Langit runtuhkan bumi
Saat aku tahu kenyataan menyakitkan
Mengapa semua menangis
Padahal ku selalu tersenyum
Usap air matamu.
Aku tak ingin ada kesedihan.
Burung sampaikan nada pilu
Angin terbangkan rasa sedih
Jemput bahagia di harinya
Berikan dia hidup
Tuhan terserah padamu
Aku ikut maumu Tuhan
Ku catat semua ceritaku dalam harianku....

Di perjalanan ke rumah...
Sirine ambulance berbunyi menderu membelah kawasan Cempaka Putih. Aku masih duduk dalam diam di dalam mobil yang mengawal ambulance itu ke rumahku. Aku seperti masih tidak percaya, jenazah yang ada di dalamnya adalah kakekku. Kakek yang selalu ada untukku sejak aku lahir. Begitu tiba di rumah, suasana duka langsung menyelimuti. Bendera kuning terpampang di tiang listrik pinggir jalan rumahku. Aku seperti tak kuasa menerima kenyataan ini. Tanpa mengucap satu katapun kepada semua orang yang hadir, aku lari secepatnya ke kamarku. Aku luapkan segala emosi dan teriakanku disana. Aku merasa duniaku hancur. Hancur lebur. Siapa aku tanpa kakekku? Apa yang bisa aku lakukan tanpanya? Siapa lagi pengajar kehidupan terbaikku? Siapa lagi satu-satunya laki-laki yang amat aku percaya? Semua pertanyaan dan kegelisahan itu langsung menyeruak di benakku. Semua duka, luka, dan kepedihan bercampur jadi satu.

Aku menyusuri anak tangga rumahku perlahan-lahan. Di ruang tamu, jenazah kakekku membujur kaku. Wajahnya memancarkan cahaya yang menyejukkan. Malam itu adalah malam tahun baru. Malam yang biasanya kami lewati penuh dengan suka cita. Aku masih ingat, acara bakar ikan di malam tahun baru tahun lalu. Tapi TIDAK untuk malam ini! Aku sama sekali tidak melihat senyuman dari keluargaku. Semua haru dalam tangis. Ratusan orang datang silih berganti mengucapkan ucapan berbelasungkawa. Tapi aku terlalu pengecut! aku bahkan tidak berani menatap wajahnya. Aku merasa menjadi manusia terkotor di hadapan kakekku yang suci bersih. Hatiku hanya dapat berucap, "Engkau anugerah terbaik yang Allah berikan padaku".

Esok pagi, tepat di hari pertama tahun 2010 kakekku akan dimakamkan di makam keluarga di Tangerang. Kesibukan sudah terlihat di rumahku sejak pagi hari. Tepat pukul 07.00, jenazah kakek dimandikan, lalu disolatkan. Dan tiba saatnya di ambang kesedihan. Yakni melihat jenazahnya untuk yang terakhir kali. Satu persatu dari anggota keluarga menciumi untuk yang terakhir kali. Sambil menahan air mata, aku berbisik padanya, "Devita mencintaimu mbah. terima kasih telah mendidikku selama hampir 17 tahun." Lalu kukecup kedua pipi dan keningnya. Tangisku lagi-lagi meledak.

Jum'at, 1 Januari 2010, di Rumah.
Tepat pukul 09.00, ambulance telah diparkir di depan rumah. Ratusan orang menanti di depan rumahku untuk melepas kepergiannya. Diiringi tangisa, jenazah kakek dimasukkan ke dalam Ambulance. Ratusan orang yang sama sekali tidak kukenal itu seakan mengucapkan selamat jalan dan memberikan penghormatan terakhir kepada kakek. Saat itu aku rasanya ingin berteriak bangga, "ITU KAKEKKU!!".
Keluargaku akhirnya menyewa 2 metromini sebagai transportasi bagi para pelayat yang ingin mengantar kakek. Ambulance yang membawa jenazah kakek akhirnya pergi diiringi 2 buah metromini dan mobil-mobil pribadi milik keluarga. Ini mungkin perjalanan yang paling menyakitkan sepanjang hidupku. Aku harus mengantarkan kakek ke peristirahatannya yang terakhir. Masih terlalu lekang dalam ingatanku, setiap tahun kami pergi ziarah ke Tangerang untuk mendoakan anggota keluarga yang telah tiada.

Di Tangerang...
Kakek telah selesai dimakamkan. Prosesi yang Alhamdulillah cepat dan lancar. Sementara para pria solat Jum'at, aku masih terpaku di depan makamnya. Batu nisan yang bertuliskan "SUKARBAN" itu terus aku pandangi. Lagi-lagi, aku tidak percaya orang terdekatku telah tiada. Kali ini tangisku sudah tak tertahankan lagi. Dukaku mungkin terlalu mendalam. Aku tidak pernah kehilangan sosok keluargaku, kecuali mbah buyutku yang meninggal pada 8 Maret 2002.

Hari-hari aku jalani seperti biasa. Perbedaan begitu mencolok. Tidak ada lagi mbah kakungku. Mbah kakung yang selalu aku lihat setiap kali aku ada di rumah. Mbah kakung yang selalu setia menemaniku menonton bola. Mbah putriku pun amat sangat terpukul dengan keadaan ini. Dulu, setiap hari selalu ia habiskan bersama mbah kakung. Tapi sekarang, ia harus melewatinya sendiri.

Aku masih punya tanggung jawab. Keinginan kakek agar aku kuliah di UGM tentu bukanlah hal yang bisa aku abaikan. Meski dirundung kedukaan, aku HARUS bangkit. Di tengah duka, aku seperti terseok-seok mengejar mimpiku. Setiap kali aku akan jatuh, aku membayangkan wajahnya yang selalu tersenyum kepadaku. Dan saat itu pula, seperti ada jutaan kekuatan yang membuatku bangkit.

Terlalu lekang dalam ingatanku, bagaimana mbah kakung menyayangiku sejak dulu. Bagaimana ia selalu menjadi pahlawan dalam hidupku. Bagaimana ia mengajarkanku kesederhanaan. Aku masih ingat, setiap kali aku menangis saat aku bertengkar dengan ayah-bunda. Ia akan mengelus rambutku dan berkata, "Sabar sayang, terima aja. Kita nggak akan pernah bisa membalas jasa mereka." Kakung tidak pernah menyalahkanku disaat aku salah. Ia akan mengulurkana tangannya, dan membuat aku bangkit.

Saat aku melakukan kebodohan, ia tidak akan mengatakan aku bodoh. Ia akan sabar mengajariku. Saat aku berkomentar tentang sepakbola dengan penuh emosi, ia selalu mengajarkanku melihat sesuatu dari sisi lain. Saat aku tidak pernah lagi punya tempat berbagi, dia akan membuka hatinya.

Aku tidak akan pernah bisa melupakan, saat kakung memarahi cucu nya yang lain demi membelaku. Saat aku menangis pasca bertengkar dengan sepupuku, kakung memelukku dengan hangat. Aku merindukan panggilannya. Dia selalu memanggilku "yang", "cah ayu", "neng", "cantik". Hal yang sama sekali tidak pernah dilakukan ayah-bundaku sekalipun.

Aku tidak akan pernah lupa, saat kami berjalan berkilo-kilo meter di pagi hari. Saat kami memancing di danau yang mungkin kini sudah tidak ada. Aku bahkan tidak akan lupa, bagaimana kakung mengerti apa yang aku tidak mengerti. Tapi kakung punya sejuta kepercayaan kepadaku. Ia sama sekali tidak ragu atas apapun yang aku lakukan.

Saat aku bahkan sudah tidak percaya ada laki-laki yang setia, dia menunjukkan kesetiaannya yang mendalam kepada mbah putri. Saat aku begitu kecewa kepada semua laki-laki, tanpa sadar dia mengajariku arti cinta yang sesungguhnya. Tapi dambaanku itu telah pergi. Pergi mendahuluiku dan meninggalkanku dengan berjuta masalah. Bahkan sepakbola sekalipun, terasa hambar bagiku. Tidak ada lagi kakek yang duduk di ruang TV dengan secangkir kopinya di setiap sore sambil menyaksikan Liga Super Indonesia.

Pengumuman UGM yang menyatakan aku diterima seperti hambar bagiku. Tidak ada lagi kakek yang mendampingiku. Aku membayangkan, kakung yang akan menangis saat tahu cucunya diterima. Aku iri pada sepupu-sepupuku yang memiliki waktu lebih lama bersama kakung daripada aku.

Separuh jiwaku itu memang telah pergi. Ia tidak akan pernah kembali untuk siapapun dan dengan alasan apapun. Terima kasih kakung, untuk mengajarkan aku arti dari semua kehidupan. Terima kasihh untuk menjadi orang terdekatku. Terima kasih telah melakukan apa yang orang lain tidak bisa lakukan untukku. Aku mencintaimu, sampai kapanpun dan lebih dari apapun

Kami yang beduka:

Istri : Ny. Sa'diyah

Anak : Urip Kartono
Octo Gane Purnomo
Agus Widayanto
Joko Santoso
Diah Widiyasari
Windu Diantoro

Menantu : Ningsih
Rositawati
Ary Santi
Sri Suharyati
Sukmawardhana
Retno

Cucu : Wira Panji Hidayatullah
Dimas Danu Nasrullah
Citra Esti Isti Qomah
Agry Fadillah Rizaldy
Aulia Kharisma Putri
Sarah Fauziah Audina
Widia Aryni
Fathan Arswida
Zada Ikhsan Arswida
Gunung Amerul Santoso
Bayu Ar-Rizqi
Saphira Hapsari Az-zahra
Devita Nur Asri Pratiwi
Fallah Fathur Rahman
Fadillah Putra Syafwatullah
Isnadiah Sari Kurnia Husna

cicit : Faris Abussalam

Minggu, 25 Juli 2010

Ex-boyfriend

Teenager tiiiimeeeee!!! Yess, for almost people, it was the greatest time to had a lotta things. Love, friendship, and possible enemy! LOVE, maybe is the most memorable moment. For a student of senior high school, it would be a challenge. I felt it in the way. Here is some of my ex-boyfriend:
MUHAMMAD RECKAL ANGGIAWAN
I call him, Reckal. He is my first love guys! I think nothing special in our relationship. I knew him when I was in a first grade of junior high school. He was my classmate. He was kind and so care to me. I think there was nothing special in our relationship. We were too young at those time. Actually, I don't believe with people who says that FIRST LOVE IS UNFORGETTABLE! I forget him in the way. I forget almost all about him. I just remember that he is able to make gravity. Yes, that all! we haven't met about 3 years.


Benrico Steven
We had a long distance relationship. He was in Surabaya and I was in Jakarta. Our relationship was too short. Maybe I can't describe him as much as I describe Reckal. I knew him from my friend. I just know that he is such a cool boy. Too much care with me, and I though he also possessive. We had a great relationship. He protected me so beautiful. Actually, long distance couldn't made our relationship worse. And you have to know that he was so romantic. I still remember his soft voice.


Nabiel Al-Khadfi
Talkative and over protected. That's why, I hate HIM!!

mom, or sister?

"Ini mamanya, atau kakaknya" yes, berkali-kali gw denger kalimat itu dari orang lain. you guess what am I fell? Kesel, emosi, sirik, de el el. dari pertanyaan itu, ada 2 kemungkinan. yang pertama, nyokap gw masih keliatan muda. yaaa, ga beda jauh lah sama gw. it's okee kalo itu alasannya. bangga juga dooong kalo punya nyokap cantik. alasan yang kedua, gw nya yg keliatan TUA!! OMG, i am just a 17 years old girl!!
Tapi emang, jujur aja hubungan gw sm bunda nggak kayak hubungan anak-ibu pada umumnya, dimana sang ibu terkesan 'gila hormat'. gw ke nyokap? sama sekali NGGAK!! kita bisa becanda layaknya dua orang sahabat.

And you know whaaaatttttt? we had too many times that we spent together. Here it is.



yeeeaah, that is our photo. maybe, you'll know how close we are. yesss, I think she is the best mom all over the world. Okeee, ga munafik juga, nyokap gw tuh seriiiiing banget nyebelin setengah mati. suka marah-marah, bawel, cerewet, kalo ngomong nggak cukup sekali. Buuuutttt, kalo dia nggak ada gw justru kangen banget sama mulut bawelnya dia. hahaha. suka nggak kebayang gimana hidup gw tanpa dia. siapa yang merhatiin gw, siapa yang marahin gw kalo gw salah, siapa yang memenuhi kebutuhan gw, siapa yang milihin baju2 dan tas2 gw. Ah, sumpah, pasti bakalan sulit banget hidup gw. Yang pasti, lepas dari apapun kekurangannya yang amat sangat manusiawi, I love her so much. :)