Kamis, 03 Mei 2012

Surat Cinta Untuk Yang Tercinta....

Jogja, 4 Mei 2012 00.15

Dear Mbah Uti & (Alm) Mbah Kakung...
Aku rindu.
Disini banyaaaaak sekali pendengar, tetapi tidak ada yang sehebat kalian berdua.
Disini banyaaaaak sekali pembicara, tetapi tidak sefasih kalian berdua.
Disini banyaaaaak sekali tokoh hebat, tetapi bagiku mereka tidak sehebat kalian berdua.
Disini banyaaaaak sekali penulis, tetapi tidak ada yang sedalam kalian.

Aku sedih.
Aku belum pernah lagi menemukan orang setulus kalian
Aku belum pernah lagi bertemu dengan orang yang menyanyangiku seperti kalian
Aku belum pernah lagi menemukan orang yang begitu aku percaya.

Aku bimbang.
Aku menaruh bimbang sejak kepergian mbah kakung 2,5 tahun lalu
Aku bertambah bimbang sejak berpisah dari mbah uti.
Aku semakin bimbang saat aku terpaksa hidup sendiri disini.

Waktu memang banyak sekali berlalu. Tapi semua itu aku sesali. Aku menyesali keputusan untuk tinggal disini yang menurutku bodoh. Aku mengutuk diriku yang tidak lagi memiliki power. Aku berusaha melawan batinku yang kadang bertolak belakang dengan otakku. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku perbaiki, meski aku tau aku salah. 

Aku rindu berbagi tawa. Aku rindu saat disore hari, sambil menggendong tas sekolahku, perlahan masuk ke rumah, dan dengan bebas menceritakan apa yang aku alami & rasakan kepada kalian berdua. Aku bahkan tidak pernah merindu seseorang seperti ini. Seperti kepada kalian berdua. 

Aku belum pernah menemukan orang aku rasa tepat untuk mendengarkan semua keluh kesahku. Bahkan orang tuaku sekalipun. Maka hal yang paling aku tunggu adalah ketika aku tergesa-gesa mengemas barang-barangku, memanggil taksi untuk mengantarku ke bandara/stasiun, menahan kangen yang semakin membludak, sampai ke rumah, dan memelukmu dengan erat. Pelukan itu melunturkan segala keletihan. Melihatmu tersenyum, tertawa, dan bangga adalah goals ku untuk saat ini, besok, dan selamanya.

Maka, saat aku tak sanggup lagi tertawa, saat tawaku larut dalam duka, saat aku tak mampu lagi bercerita, saat aku tak juga menemukan orang yang tepat, saat semua tanggung jawabku perlahan hancur, saat tangis tak dapat lagi dibendung, aku hanya ingin pulang. Kemudian menghabiskan malam untuk berbagi denganmu. Tentang mereka yang membahagiakanku, dan tentang dia yang membuatku hancur. Karena aku tahu, kapan aku harus kembali pulang. Mbah uti, aku akan kembali. Kembali menemani hari-hari tuamu. Tenang belahan jiwaku, aku pasti pulang :')

Jumat, 23 Maret 2012

Dear Allah

Allah, I believe in you
Allah, I keep praying for you
Allah, I know I can't live without you
Allah, safe me as usual

Allah, I thank to you for what you've given to me
Allah, I know you're irreplaceable
Allah, I'm not your best, but you still be mine
Allah, I forget you in my laugh, but I always come back to you in my cries
And you still keep me, show me how beautiful life is.
You're amazing, gorgeous, I feel you in my every breathe.

You give me ANYTHING I need
You give me people who really love & hate me
You give me a beautiful life with all gorgeous things on it
You put me here, and you make everything looks possible

I thank to you for what I've got.
I thank to you to put me here
I thank to you Allah, I thank.

I appreciate how much you love me
But from all your gift, there's one whom I really love.
BUNDA.
You put a beautiful & strong women in my life
Who has unlimited patience
Who has a lot of reasons how to be strong
Who has a great attitude
Who never disappoint me
Who never lie to me

Dear Allah...
Thanks to put Bunda in my life
Keep her, Allah
Keep her in your ways
Add her patience to keep me
Make her stronger to fight with this world.
Because I know, I can't live without you and her :')

Minggu, 18 Maret 2012

Time Flies

Time flies.
Nggak ada orang yang bisa memungkiri itu. Semua berubah. Walau ketika masih indah, aku yakin ini semua abadi. Tapi nyatanya? Tiba-tiba aku ingat, bahwa hidup selalu tentang siapa yang datang dan siapa yang pergi. Siapa yang hanya singgah, atau siapa yang akan bertahan. Hidup. Kamu bahkan tidak pernah meminta untuk hidup dan dihidupi, tapi itu terjadi. Sama seperti aku yang tidak pernah mengharapkanmu, tapi aku tau kamu akan terus di hatiku.

Ketika malam sudah tidak lagi menjadi saksi cerita kita, sebenarnya dulu aku pernah berpikir. Berpikir bahwa suatu saat, malamku akan kembali sepi dan sunyi. Bahwa canda tawa kita hanya sementara, dan kita hanya sedang tertawa sambil menghitung waktu kapan itu berakhir. Aku percaya, semua akan berakhir. Allah menghadirkan kamu di hidupku karena kamu baik. Tapi Allah menghapus kamu dari hidupku karena akan ada pengganti yang lebih baik dari kamu.

Dari kamu, aku belajar banyak tentang hidup. Menangisi hidup, menertawakan hidup, menantang hidup, mengikuti arus hidup, bahkan aku menjadi berani untuk melawan hidup. Ah, aku bahkan gak tau lagi harus menulis apa. Tapi, terima kasih ya. Terima kasih telah lama bercumbu dengan malamku. Aku tau, kita tidak bisa satu. Mohon maaf telah "melawan hidup" dan memaksakan semua yang ada. Sampai bertemu di surga nanti.

Minggu, 25 Desember 2011

Love

Mencintai. Hanya dengan itu aku enjoy dengan rasa sakitku. Aku tidak pernah merasa bodoh, atau merasa bersalah sekalipun. Aku masih berharap, 5 tahun lagi akan ada undangan berwarna orange yang akan aku sebarkan ke sahabat-sahabatku. Di atasnya akan ada untaian pita, dan di tengahnya akan ada nama kita. Kita. Bukan aku dengan dia. Apalagi kamu dengan dia. Hanya akan ada nama kita. Aku dan kamu.

Atau jika ternyata Allah memberimu yang lebih baik, akan ada sebuah undangan manis dengan namamu dan dia. Namaku hanya akan ada di bawah. Aku akan ada di pernikahan itu, sayang. Sebagai tamu undangan, bukan sebagai mempelai. Dan aku akan berlari sebentar ke belakang, menyeka air mataku, kemudian tampil di hadapanmu dengan gaun indah, memasang senyum (pura-pura) bahagia dan berkata, "Turut berbahagia ya, semoga pernikahan ini sakinnah mawaddah warrahmah"

Dan jika itu terjadi, maka akan aku nobatkan diriku sebagai miss-pura-pura. Karena aku telah pura-pura tidak mencintaimu, aku pura-pura bahagia melihat kau dengannya, dan aku pura-pura tidak terluka saat kau bercerita. Haruskah kepura-puraanku berlanjut hingga di hari bahagiamu nanti? Semoga tidak.

Aku tau berhubungan itu membutuhkan dua hati. Dua hati yang siap berbagi, dua hati yang saling mencinta, dan tentu dia hati yang saling terluka. Bukankah itu kunci dari genggaman tangan yang begitu sering aku lihat? Yang begitu sering aku rasakan? Lalu jika hanya ada satu hati yang terlanjur mencinta dan siap terluka, itu apa namanya? Itu aku, sayang. Itulah hatiku :)