Rabu, 23 Maret 2011

Seven Months Miracle

Jam terus berdetak. Waktu terus berlalu, tega meninggalkanku dalam peluhnya malam. Malamnya kota Jogja dengan lampu-lampu yang terus menyala. Ya, di kota kecil ini aku menabung ilmu. Di kota istimewa ini aku menangis, tertawa, tersenyum, berduka, gundah, kecewa, selama lebih dari 7 bulan. Tujuh bulan sejak kepindahanku kesini. Tujuh bulan sejak Malioboro menjadi tempat favoritku mencurahkan rasa hati yang tidak mungkin keluar dari mulutku. Tujuh bulan sejak aku resmi manimba ilmu di Ilmu Komunikasi UGM. Tujuh bulan sejak aku hidup di kamar ini. Tujuh bulan sejak aku selalu menangis merindukan keluargaku. Ya, tujuh bulan kawan...

Menghadapi kenyataan sendirian menjadi kewajibanku sejak 7 bulan terakhir. Mengatur uang sedemikian rupa telah aku lakoni, walau seringkali gagal. Malam ini, puncaknya aku merindu yang amat sangat. Seperti hatiku adalah tabung, tabung ini telah penuh oleh air mata kerinduan. Kerinduan memeluk bunda, kerinduan dipeluk ayah, kerinduan akan aktivitas harian bercanda tawa dengan nenek. Ah, aku terlalu rindu...

Kemarin, saat aku menikmati jalan Malioboro, ia berkata padaku menyuruh ayah-bundaku datang kesitu. Ia menyuruh kami duduk di badan jalan, menikmati alunan musik para musisi jalanan, menikmati cita rasa mewah gudeg khas Jogja, menelusur sore hari dengan becak, dan mampik ke toko bakpia 25. Kemarin Malioboro mengatakan itu padaku, kemarin malam. "Aku akan kesana bersama ayah-bunda, someday". Jawabku pada Malioboro.

Kota ini, kota sederhana yang sama sekali tidak ku kenal pada awalnya. Kota tempatku menabung mimpi, menyimpan harap, menggali tawa, mengubur tangis, dan jutaan pelajaran hidup. Kota tempatku menemukan berbagai watak baru di hidupku. Kota tempatku menemukan sahabat terhebat sepanjang masa. Kota tempatku difitnah, dibenci, dan membuatku merasa dunia sudah tidak adil lagi.

Kota tempatku menemukan Evint, wanita dengan sejuta kepolosan. Kota tempatku bersahabat dengan Nisa, kribo yang amat aku cintai. Kota tempatku tertawa bersama Rindy, sahabat tergila seumur hidupku. Dan di kota ini, setelah tujuh bulan lamanya, aku tau arti berbagi. Aku tau arti persahabatan yang sebenarnya.

Waktu masih terus berlalu, terus membawaku perlahan meninggalkan usia 17 tahun. Ya, 3 hari lagi usia itu akan kulepas. Usia keemasanku. Usiaku menggapai segalanya. Usia dimana aku mulai merajut masa depan. Usia puncak tangisan dan candaan. Aku siap untuk menyongsong angka 18, dan berjalan perlahan meninggalkan angka 17.

Sebentar lagi aku akan kembali ke kotaku, kawan. Sebentaaarrrrr lagi...

Lion Air eTicket Itinerary / Receipt
This is an eTicket itinerary. To enter the airport and for check-in, you must present this itinerary receipt along with Official Government Issued photo identification such as passport. identity card or Indonesian KTP.
Booking reference : IPZJAZ
Issued date : Sunday, March 13rd, 2011
Passenger details
1. Pratiwi/Devita Nur Asri
Itinerary Details
Flight : JT 555
Depart : Jogjakarta (JOG) 30 March 2011 18.45 hrs.
Arrive : Jakarta (CGK) 30 March 2011 19.45 hrs.


Sampai bertemu di Jakarta teman-teman, walaupun hanya sebentar :'(

Jumat, 11 Maret 2011

Maaf

Tentang dia yang menghadirkan luka masa lalu dan menjanjikan kebahagiaan masa depan.

Kamu hadir disaat aku terpuruk. Tepat waktu. Seperti kamu adalah orang yang tahu semua hal tentangku. Jujur, aku risih. Bukan karena apa yang telah kau lakukan, tapi aku merasa aku bukan artis yang harus mengkonfirmasi dan menjelaskan ke semua orang apa yang telah aku lakukan dan apa yang tengah aku rasakan.

Kamu yang dulu pernah di hatiku, sekian bulan lamanya. Terima kasih. Terima kasih telah menjadi alasan aku tersenyum, tertawa, menangis, terluka, bahkan bahagiaku. Tapi itu dulu. Saat aku masih merasa kecil. Saat aku masih berseragam abu-abu. Saat aku masih terlalu ababil menghadapi semua kenyataan.

Kau membuatku tersenyum.
Selang kemudian, aku menangis.
Kau membuatku bahagia.
Tak lama kemudian, kau lukai hatiku.

Hari ini kau janjikan tidak pernah ada lagi luka ini.
Kau yakinkan kau bisa menjagaku dari jarak ratusan kilometer.
Sempurna, bahkan kau berani bertaruh ini kesempatan terakhir.

Katamu, kau bukan kamu yang dulu.
Katamu, kau bukan kamu dengan emosi yang meluap-luap.
Katamu, kau tidak pernah bisa mengahpus bayangku.
Katamu, tidak akan pernah lagi ada air mataku.

Aku luluh. Aku tau aku sudah membencimu, membuangmu jauh dari kehidupanmu. Melepasmu dari jarak ratusan kilo. Tapi maaf, aku belum siap untuk lagi lagi menelan pil pahit. Aku belum sepenuhnya bisa menghapus luka itu. Hidupmu sempurna, silakan cari yang jauh lebih baik dariku. Carilah wanita yang bisa dengan tulus mendampingimu. Bersandinglah dengan dia yang bisa menenangkanmu menghadapi masalah apapun. Bukan aku, bukan sekarang, bukan hari ini. Maaf. I ever love you... Yesterday...

Kamis, 10 Maret 2011

DIA

Dia...
Aku tahu jantungku tidak lagi seperti biasa. Mengisyaratkan perasaan berbeda. Otakku menolak. Aku sangat enggan. Amat sangat enggan menerima. Sebuah rasa berkecamuk entah darimana datangnya. Ini aneh. Ini tidak biasa. Jujur, aku tak sanggup.

Dia...
Di balik kaca jernih itu, senyumnya mengembang. Entah untuk siapa. Entah dengan maksud apa. Aku tertegun. Tapi Tuhan, mengapa kau ciptakan mata bening itu untuknya? Mengapa, Tuhan? Bahkan untuk menatapnya aku tak sanggup. Rasa itu kembali berkecamuk. Hebat, di dalam lubuk hatiku.

Dia...
Rindy bilang, dia tulus. Nisa bilang, dia pengganti lelaki yang kunantikan 3 tahun lamanya. Orin bilang, dia tampan. Sementara Evint, hanya mampu mengisyaratkan kesetujuannya. Lagi-lagi, aku merasa bodoh. Disaat semua sahabatku memberi pengertian, aku justru tidak mengerti perasaan ini. Ini apa? Cinta? Terpesona? Atau hanya tergila-gila.

Dia...
Kata D'masiv, "semakin ku memikirkanmu, semakin ku menggilaimu". Kata Peterpan, "Jauh mimpiku", kata Bruno Mars, "Cause you are amazing, just the way you are".

Dia...
Isyaratkan sebuah permulaan indah. Kau maju saat aku mulai menyerah. Dan kau mundur saat aku baru akan mulai berjuang. Ini biasa dalam percintaan. Aku paham itu. Tapi matamu, sungguh amat sangat tidak bisa diartikan. Tahukah kau, aku dalam menaruh rasa padamu?

Dia...
Aku hanya mau dia. Aku mau dia temani seluruh langkah ini. Aku mau dia menjadi apa 2,4,6 disaat aku hanya punya angka 1,3,5. Aku mau dia. Hanya dia...

Senin, 07 Maret 2011

Ilusinasi perasaan

Yogyakarta, 7 Maret 2011...
Aku enggan beranjak menyapa pagi. Saat Nisa masih terbujur lemas di sebelahku, diatas kasur dengan seprai mickey mouse dominasi warna biru. Handphone ku terus bergetar. Dengan berat hati aku mengambilnya. Pukul 07.35. Aku masih terpaku di kasur. Dingin. Sunyi. Sepi. Seperti masih berada tepat tengah malam. Aku alihkan perhatian ke hp ku. Membosankan. Tidak ada sms dari dia yang semalem bercengkrama denganku hingga jam 1 pagi.

Mataku masih sayu. Lingkar panda menghiasi dengan indahnya. Aku lelah. Lelah mengharap sebuah penantian. Lelah digentayangimu dalam mimpi. Aku tak sanggup. Tak sanggup lagi menaruh harpa pada ketidakjelasan. Waktu selalu tidak bisa berkrompomi. Di alam nyata, bertahun-tahun penantian ini aku jalani. Terkadang indah, walau lebih banyak menggerus hati.

Aku memang bodoh. Berharap pada keajaiban kau nan jauh disana juga menaruh sedikit cinta untukku. Aku tau, itu tidak bisa. Detik jam terus saja berlalu meninggalkanku, seakan menggertak kelemahanku yang hanya bisa menangis. Kamu tau aku letih, aku jenuh, bahkan aku muak dengan segala yang pernah ada.

Tak pernah ada segala kenangan kita di kota. Yang ada hanya kenangan tentang hati dan otakku yang selalu bersinergi memikirkanmu. Hatiku sejak dulu memberontak. Amat sangat keras. Otakku sejak dulu mengatakan kau bukan yang terbaik. Tapi entah bagian mana dari tubuhku yang membuatku terlalu sabar. Terlalu takut. Ya, aku takut engkau pergi.

Saat kuhabiskan malam di Malioboro, terlalu banyak aku lihat dua tangan yang tergandeng menjadi satu. Imajinasi binalku menggelinjang. Andai aku dan kamu bisa seperti itu.

Saat aku melelang suara di tempat karaoke ternama sekalipun, lagu-lagu yang terlantunkan tak sanggup menghilangkan imajinasi ini. Semua lagu itu, seakan menggambarkan perasaanku, cintaku, pengorbananku, hingga hubungan ini.

Aku rindu masa itu. Aku rindu kenangan itu. Aku rindu kamu yang dulu. Kamu yang menaruh rasa penasaran tingkat dewa. Aku rindu. Tapi sayangnya, waktu tidak akan bisa berjalan mundur...