Jam terus berdetak. Waktu terus berlalu, tega meninggalkanku dalam peluhnya malam. Malamnya kota Jogja dengan lampu-lampu yang terus menyala. Ya, di kota kecil ini aku menabung ilmu. Di kota istimewa ini aku menangis, tertawa, tersenyum, berduka, gundah, kecewa, selama lebih dari 7 bulan. Tujuh bulan sejak kepindahanku kesini. Tujuh bulan sejak Malioboro menjadi tempat favoritku mencurahkan rasa hati yang tidak mungkin keluar dari mulutku. Tujuh bulan sejak aku resmi manimba ilmu di Ilmu Komunikasi UGM. Tujuh bulan sejak aku hidup di kamar ini. Tujuh bulan sejak aku selalu menangis merindukan keluargaku. Ya, tujuh bulan kawan...
Menghadapi kenyataan sendirian menjadi kewajibanku sejak 7 bulan terakhir. Mengatur uang sedemikian rupa telah aku lakoni, walau seringkali gagal. Malam ini, puncaknya aku merindu yang amat sangat. Seperti hatiku adalah tabung, tabung ini telah penuh oleh air mata kerinduan. Kerinduan memeluk bunda, kerinduan dipeluk ayah, kerinduan akan aktivitas harian bercanda tawa dengan nenek. Ah, aku terlalu rindu...
Kemarin, saat aku menikmati jalan Malioboro, ia berkata padaku menyuruh ayah-bundaku datang kesitu. Ia menyuruh kami duduk di badan jalan, menikmati alunan musik para musisi jalanan, menikmati cita rasa mewah gudeg khas Jogja, menelusur sore hari dengan becak, dan mampik ke toko bakpia 25. Kemarin Malioboro mengatakan itu padaku, kemarin malam. "Aku akan kesana bersama ayah-bunda, someday". Jawabku pada Malioboro.
Kota ini, kota sederhana yang sama sekali tidak ku kenal pada awalnya. Kota tempatku menabung mimpi, menyimpan harap, menggali tawa, mengubur tangis, dan jutaan pelajaran hidup. Kota tempatku menemukan berbagai watak baru di hidupku. Kota tempatku menemukan sahabat terhebat sepanjang masa. Kota tempatku difitnah, dibenci, dan membuatku merasa dunia sudah tidak adil lagi.
Kota tempatku menemukan Evint, wanita dengan sejuta kepolosan. Kota tempatku bersahabat dengan Nisa, kribo yang amat aku cintai. Kota tempatku tertawa bersama Rindy, sahabat tergila seumur hidupku. Dan di kota ini, setelah tujuh bulan lamanya, aku tau arti berbagi. Aku tau arti persahabatan yang sebenarnya.
Waktu masih terus berlalu, terus membawaku perlahan meninggalkan usia 17 tahun. Ya, 3 hari lagi usia itu akan kulepas. Usia keemasanku. Usiaku menggapai segalanya. Usia dimana aku mulai merajut masa depan. Usia puncak tangisan dan candaan. Aku siap untuk menyongsong angka 18, dan berjalan perlahan meninggalkan angka 17.
Sebentar lagi aku akan kembali ke kotaku, kawan. Sebentaaarrrrr lagi...
Menghadapi kenyataan sendirian menjadi kewajibanku sejak 7 bulan terakhir. Mengatur uang sedemikian rupa telah aku lakoni, walau seringkali gagal. Malam ini, puncaknya aku merindu yang amat sangat. Seperti hatiku adalah tabung, tabung ini telah penuh oleh air mata kerinduan. Kerinduan memeluk bunda, kerinduan dipeluk ayah, kerinduan akan aktivitas harian bercanda tawa dengan nenek. Ah, aku terlalu rindu...
Kemarin, saat aku menikmati jalan Malioboro, ia berkata padaku menyuruh ayah-bundaku datang kesitu. Ia menyuruh kami duduk di badan jalan, menikmati alunan musik para musisi jalanan, menikmati cita rasa mewah gudeg khas Jogja, menelusur sore hari dengan becak, dan mampik ke toko bakpia 25. Kemarin Malioboro mengatakan itu padaku, kemarin malam. "Aku akan kesana bersama ayah-bunda, someday". Jawabku pada Malioboro.
Kota ini, kota sederhana yang sama sekali tidak ku kenal pada awalnya. Kota tempatku menabung mimpi, menyimpan harap, menggali tawa, mengubur tangis, dan jutaan pelajaran hidup. Kota tempatku menemukan berbagai watak baru di hidupku. Kota tempatku menemukan sahabat terhebat sepanjang masa. Kota tempatku difitnah, dibenci, dan membuatku merasa dunia sudah tidak adil lagi.
Kota tempatku menemukan Evint, wanita dengan sejuta kepolosan. Kota tempatku bersahabat dengan Nisa, kribo yang amat aku cintai. Kota tempatku tertawa bersama Rindy, sahabat tergila seumur hidupku. Dan di kota ini, setelah tujuh bulan lamanya, aku tau arti berbagi. Aku tau arti persahabatan yang sebenarnya.
Waktu masih terus berlalu, terus membawaku perlahan meninggalkan usia 17 tahun. Ya, 3 hari lagi usia itu akan kulepas. Usia keemasanku. Usiaku menggapai segalanya. Usia dimana aku mulai merajut masa depan. Usia puncak tangisan dan candaan. Aku siap untuk menyongsong angka 18, dan berjalan perlahan meninggalkan angka 17.
Sebentar lagi aku akan kembali ke kotaku, kawan. Sebentaaarrrrr lagi...
Lion Air eTicket Itinerary / Receipt
This is an eTicket itinerary. To enter the airport and for check-in, you must present this itinerary receipt along with Official Government Issued photo identification such as passport. identity card or Indonesian KTP.
Booking reference : IPZJAZ
Issued date : Sunday, March 13rd, 2011
Passenger details
1. Pratiwi/Devita Nur Asri
Itinerary Details
Flight : JT 555
Depart : Jogjakarta (JOG) 30 March 2011 18.45 hrs.
Arrive : Jakarta (CGK) 30 March 2011 19.45 hrs.
Sampai bertemu di Jakarta teman-teman, walaupun hanya sebentar :'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar