Persahabatan. Kata yang tidak menjanjikan apa-apa. Kata yang tidak pernah memastikan kita bahagia. Kata yang tidak pernah mengancam kita akan luka. Tapi dia kuat. Dia sempurna. Dia tidak terprediksi. Disaat kita merasa seharusnya tertawa, dia tega membuat kita menangis. Disaat kita dengan sendu menangis, dia akan hadir memberikan tawa. Memberikan. Bukan menjanjikan.
Pulahan, ratusan, ribuan. Aku tidak bilang aku berpengalaman dalam hal persahabatan. Ini lumrah. Semua orang pasti mengalami. Saat tangis berbaur dengan tawa. Saat luka menggerecoki bahagia. Aku pernah ada. Kau pernah ada.
Kau ingat kawan, saat kau tiba-tiba hadir dalam hidupku? Aku memprediksi, tapi kau hadir lebih cepat. Enggan melawan waktu dan keadaan, aku menerima. Kesan pertamaku? Kau cantik, baik, sempurna, dewasa, keibuan. Sosok idaman semua orang.
Dulu, dulu sekali, kau janjikanku bahagia. Kau pastikan ini abadi. Kau tuntun aku, rangkul aku, peluk aku, dari jarak yang sangat jauh. Kurang dari sebulan, semua seperti sempurna. Aku bahagia. Aku bahagia bisa bercerita banyak denganmu. Aku bahagia bisa menjadi tempatmu mencurahkan segalanya. Aku bahagia meminjamkan pundakku untukmu.
Dulu, kawan...
Dulu, saat semua belum sesirna ini.
Saat kau masih di atas alam sadarmu.
Kamu cukup tau dan memahami.
Aku dalam merindukanmu.
Aku lelah berdoa untukmu.
Aku lelah dengan jutaan harapku agar kau kembali.
Tapi kau hanya butuh mengerti,
aku akan terus disini.
Menantimu kembali...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar